TEMPO.CO, Jakarta - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Indonesia menyoroti rencana pemerintah membangun tanggul laut raksasa atau giant sea wall di Pantai Utara (Pantura) Jawa. Manajer Kampanye Pesisir dan Laut Eksekutif Nasiona Walhi, Parid Ridwanuddin, mengatakan giant sea wall bukan solusi persoalan kehancuran ekologis di pesisir utara Jawa.
Pasalnya, menurut Parid, penurunan permukaan tanah di Pantura Jawa terjadi lantaran kawasan Pantura, mulai dari Banten sampai Jawa Timur, telah dibebani izin industri skala besar. “Jadi, solusi yang tepat adalah mengevaluasi dan mencabut berbagai izin industri besar di sepanjang pesisir utara Jawa,” kata Parid melalui keterangan tertulisnya kepada Tempo, Kamis, 11 Januari 2024.
Menurut dia pembangunan giant sea wall justru berpotensi memperluas kehancuran ekologis. Ia menyebut pembangunan giant sea wall akan menghancurkan wilayah perairan Jawa bagian utara yang selama ini menjadi wilayah tangkapan ikan ratusan ribu nelayan tradisional. Musababnya, lanjut dia, proyek ini akan membutuhkan pasir laut yang tidak sedikit.
“Sebagai contoh, pada tahun 2021 lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengestimasi kebutuhan pasir laut untuk kebutuhan proyek reklamasi Teluk Jakarta sebanyak 388.200.000 meter kubik. Jumlah ini sangat besar untuk kebutuhan reklamasi di Jakarta saja,” ujar dia.
Selain itu, pembangunan giant sea wall disebut berpotensi mempercepat kepunahan spesies flora dan fauna di Pulau Jawa. Terlebih, kata dia, sumber daya perikanan di perairan Jawa sudah dalam situasi mengkhawatirkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2022 Tentang Estimasi Potensi Sumber daya Ikan, Jumlah Tangkapan Ikan yang Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, sumber daya ikan telah mengalami fully exploited sebesar 67 persen, dan over exploited sebesar 22 persen.
“Artinya, dengan data tersebut, secara umum perairan utara Jawa perlu dipulihkan karena selama ini telah dieksploitasi tanpa henti,” ujar Parid. “Sedangkan pembangunan giant sea wall justru akan semakin mengancam stok sumber daya ikan sebagai sumber protein masyarakat.”