Namun, tahapan yang paling memenuhi dan yang sudah direncanakan Ganjar-Mahfud salah satunya adalah energi surya atau matahari. Sekarang, ujar dia, sudah ada panel surya yang terapung di atas Waduk Cirata. Kemudian energi angin juga sudah ada yang dibangun di daerah Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Namun, pembangkit listrik energi angin itu masih menunggu power purchase agreement dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PT PLN. “Itu rasanya bisa langsung cepat dipakai,” ucap dia.
Direktur Eksekutif Traction Energy Asia Tommy Pratama mengatakan transisi energi ke energi yang rendah karbon menjadi sangat penting karena krisis iklim sudah di depan mata. Namun, dalam melakukan peralihan tersebut, Indonesia harus bisa mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada di dalam negeri. “Kami harus beralih,” ucap dia.
Menurut Tommy, dalam COP-28 yang menghasilkan komitmen net zero emission di sektor energi dan juga transportasi. Namun, kata dia, hasilnya agak mengecewakan karena belum mengikat atau tidak menjadi kewajian bagi masing-masing negara peserta untuk aktif dan agresif mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Memang mereka harus melaporkan upaya pengurangan emisi tapi sifatnya tidak mandatori atau sifatnya sukarela,” tutur Tommy.
Komitmen tersebut salah satunya bisa dilakukan dengan transisi menggunakan bahan bakar bioenergi atau biofuel dan biomassa. “Semua upaya atau komitmen ini walaupun bukan komitmen yang wajib dilakuka, tapi menjadi upaya untuk mengurasi gas rumah kaca di tingkat global,” kata dia.
Pilihan Editor: Anies Baswedan Dorong Transisi EBT yang Berkeadilan jika Jadi Presiden, Caranya?