TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebut kondisi ekonomi global dewasa ini menunjukkan perkembangan yang lebih bervariasi. Ia berujar ketika pertumbuhan ekonomi kebanyakan negara maju terus merosot, sebagian negara lain termasuk Indonesia, justru mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang baik.
Di sisi lain, gejolak perekonomian global akibat tekanan inflasi, fluktuasi harga komoditas, maupun fragmentasi geopolitik juga terjadi. Ma'ruf pun mengatakan situasi ini menuntut antisipasi dan respons kebijakan yang fleksibel, terukur sekaligus andal, khususnya di bidang fiskal dan moneter.
"Namun demikian, secara keseluruhan 2024 masih menunjukkan tanda-tanda optimisme," tutur Ma'ruf di acara Peresmian Pembukaan Perdagangan BEI pada Selasa, 2 Januari 2024, dipantau Tempo dari siaran YouTube Indonesia Stock Exchange.
Ia mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi mencapai hampir 5 persen pada triwulan III 2023. "Terlebih jika mengacu pada kinerja pasar modal Indonesia sepanjang 2023, maka sepantasnya kita optimistis," katanya.
Hal senada disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar. Ia mengatakan di tengah tensi geopolitik yang terus meningkat dan prospek pertumbuhan ekonomi global yang melambat, beberapa indikator perekonomian global mulai menunjukkan sedikit perbaikan.
"Inflasi di negara-negara maju mulai menurun, meski masih jauh di bawah target bank sentral negara-negara itu," ujar Mahendra.
Selain itu, sentimen di pasar keuangan cenderung lebih positif. Hal ini didukung harapan berakhirnya kenaikan suku bunga global. Optimisme ini juga turut dipengaruhi berbagai insentif yang mendorong penguatan pasar keuangan global dan penurunan volatilitas di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar mata uang terhadap dolar AS.
"Investor luar negeri juga mulai kembali ke pasar keuangan emerging market sebagai net buyer," tutur Mahendra.
Pilihan Editor: Wapres Ma'ruf Amin: Bursa Tidak Lagi Eksklusif Milik Korporasi Besar