TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama mengatakan ada ketimpangan realisasi investasi di sektor industri pengolahan.
"Jadi investasi sektor industri pengolahan itu banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa sekitar 44,8 persen," kata Riza dalam Diskusi Publik Indef secara daring pada Kamis, 28 Desember 2023.
Data tersebut berdasarkan Kementerian Perindustrian pada Januari hingga September 2023. Adapun investasi sektor industri pengolahan di Pulau Jawa mencapai Rp 194,4 triliun pada periode tersebut.
Sementara sisanya sebesar 55,2 persen atau Rp 239,5 triliun tersebar di pulau-pulau Indonesia lainnya, seperti di Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Sumatera. Provinsi dengan perolehan investasi terbesar di sektor industri pengolahan adalah Jawa Barat, yakni Rp 79,6 triliun atau 18,3 persen dari total investasi industri pengolahan.
Posisi berikutnya ditempati oleh Sulawesi Tengah sebesar Rp 74,3 triliun atau 17,1 persen, Jawa Timur sebesar Rp 46,6 triliun atau 10,7 persen, Maluku Utara sebesar Rp 49,2 triliun atau 11,3 persen, dan Banten sebesar Rp 39,8 triliun atau 9,2 persen.
"Ada permasalahan ketimpangan pada realisasi investasi industri pengolahan antarpulau karena masih berpusat di Pulau Jawa," tutur Riza.
Selain itu, dia mencatat kontribusi sektor industri pengolahan terhadap produk domestik bruto atau PDB terus menurun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipresentasikan, terlihat kontribusi industri pengolahan pada kuartal III 2023 mencapai 18,74 persen terhadap PDB.
Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2023 yang sebesar 18,56 persen, dan kuartal II 2023 yang sebesar 18,25 persen. Namun, angkanya masih jauh dari sebelum pandemi Covid-19 yang sebesar 19,7 persen pada 2019, 19,86 persen pada 2018, dan 20,16 persen pada 2017.
Pilihan Editor: Bisa Bikin Dana Asing Kabur, Ekonom Aviliani Ingatkan Capres Jangan Gaduh