TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar transportasi dari Universitas Indonesia, Sutanto Soehodho menjelaskan hal yang perlu dilakukan pada layanan light rail transit atau LRT Jabodebek yang sedang mengalami masalah. Kereta layang itu mengalami masalah pada bagian roda yang cepat aus dan bagian struktur rel.
Di mulai dari tarif, menurut Sutanto, pada kasus LRT Jabodebek yang sedang mengalami masalah ini, menurunkan tarif tidak relevan. Karena itu akan menyebabkan beban finansial LRT semakin berat. Selain itu, dampak psikoligis dari penumpang tidak nyaman dan cenderung akan menolak jika tarif dinaikkan kembali pada posisi tarif normal.
“Tarif diturunkan biasanya dalam konteks meningkatkan revenue karena sifat elastis dari demand yang ada,” ujar Sutanto saat dihubungi pada Rabu malam, 22 November 2023.
Sutanto menuturkan, melakukan operasional angkutan umum, termasuk kereta yang baik dan nyaman, adalah pada saat operator dapat memberi kepastian pelayanan. Intinya, kata dia, sepanjang seluruh perubahan headway atau frekuensi terinformasi dengan baik kepada penumpang, maka hal itu memberi kepastian pelayanan kepada penumpang mengenai jadwal.
Penumpang akan sejauh mungkin menyesuaikan penggunaan sesuai waktu pelayanan yang dijanjikan. Penumpang, Sutanto berujar, tidak akan menyesuaikan waktu tiba di stasiun dengan persepsi waktu tunggu yang minimal atau dapat diterima.
Baca Juga:
“Bahkan termasuk keputusan penumpang menggunakan pelayanan alternatif selama adanya gangguan pelayanan,” tutur Sutanto.
Dia juga menyarankan agar evaluasi menyeluruh dilakukan terhadap LRT Jabodebek. “Kontraktor, konsultan bahkan pengawas perlu melakukan evaluasi menyeluruh dari infrastruktur, fasilitas dan bahkan rolling stock yang ada,” ucap dia. “Agar ditemukan permasalahan ausnya roda baja.”
Selanjutnya: Menurut Sutanto, masalah tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor....