TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk alias BCA, David Sumual, mengatakan nilai tukar atau kurs rupiah akhir pekan ini masih relatif stabil dengan kecenderungan melemah.
“Pasar cenderung risk-off dipicu kenaikan yield UST (US Treasury) karena komentar hawkish Jerome Powell,” ujar David ketika dihubungi oleh Tempo, Sabtu, 11 November 2023. Untuk diketahui, US Treasury Note merupakan surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun.
Menurutnya, lelang yield UST 30 tahun terakhir juga tidak solid. “Ada penurunan permintaan pada tenor panjang,” tuturnya. Hal ini kemudian berpengaruh pada pelemahan rupiah.
Pada pekan ini pula, aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan domestik lebih banyak daripada modal asing yang masuk. “Iya, itu juga (berpengaruh),” kata David.
Berdasarkan data Bank Indonesia, aliran modal asing yang keluar pada pekan kedua November mencapai Rp 1,27 triliun.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, mengatakan perkembangan aliran modal asing itu berasal dari modal asing keluar bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 1,59 triliun dan di pasar saham Rp 1,35 triliun. Sementara modal asing masuk bersih di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) mencapai Rp 1,66 triliun.
"Sehingga modal asing bersih yang masuk ke Indonesia sejak awal 2023 hingga 9 November 2023 menjadi Rp 57,55 triliun di pasar SBN dan Rp 19,28 di SRBI. Sementara modal asing keluar bersih di pasar saham mencapai Rp 15,97 triliun," kata Erwin dalam keterangan resmi, Jumat, 10 November 2023.
Dengan demikian, David memprediksi nilai tukar rupiah berada di kisaran level Rp 15.600 hingga Rp 15.800 per dolar Amerika Serikat (dolar AS) pada akhir pekan ini. Adapun pada perdagangan kemarin, Jumat sore, 10 November 2023, rupiah ditutup melemah 40 poin di level Rp 15.695 per dolar AS.
Pilihan Editor: Ini Sikap Anies, Ganjar dan Prabowo soal Program Hilirisasi Jokowi