TEMPO.CO, Jakarta - Chief Economist dari Trimegah Securities Fakhrul Fulvian, merespons laporan Badan Pusat Stastistik (BPS) yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 4,94 persen pada triwulan ketiga 2023 secara Year on Year (YoY). “Ini di bawah ekspektasi pasar yang angkanya 5,03 persen,” ujar Fakhrul saat dihubungi pada Senin, 6 November 2023.
Penyebab utamanya, dia melanjutkan, ada perlambatan ekspor dan perlambatan belanja pemerintah. Karena, budget kuartal ketiga masih surplus. Namun, Fakhrul mengatakan akan ada recovery pada kuartal keempat yang meng-cover penurunan yang terjadi di kuartal ketiga ini.
Di sisi lain, dia berujar, berbagai stimulus yang menjadi penggerak ekonomi di kuartal keempat dibutuhkan. Seperti stimulus bantuan el nino, dan peningkatan belanja sosial. “Bersama dengan meningkatnya aktivitas pemilu tahun 2024,” tutur Fakhrul.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adaninggar Widyasanti mengatakan daya beli masyarakat masih stabil. Hal itu pula yang turut mendorong ekonomi Indonesia tumbuh 4,94 persen YoY pada triwulan ketiga 2023.
"Daya beli masyarakat terlihat stabil, diindikasikan inflasi yang terkendali," kata Amalia dalam konferensi pers, kemarin.
Selain itu, kata dia, indeks penjualan eceran riil juga tumbuh 1,25 persen yoy per September 2023. Sedangkan penjualan sepeda motor tumbuh 11,28 YoY; nilai transaksi uang elektronik tumbuh 6,91 persen YoY; dan nilai transaksi kartu kredit tumbuh 25,775 persen YoY. "Terlihat juga masih tumbuh cukup tinggi kredit KPR dan KPA, yakni 12,30 persen YoY,” kata Amalia.
Ekonomi triwulan ketiga 2023 lebih rendah dibanding sebelumnya