TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) merespons rencana Kereta Cepat Whoosh Jakarta-Bandung dilanjutkan hingga ke Surabaya. Kelanjutan proyek hampir pasti kembali menggandeng Cina, di mana saat ini sudah mulai melakukan studi bersama dengan pemerintah Indonesia.
Kereta cepat rute ke Surabaya, kata Deddy, memang sudah masuk di dalam rencana induk perkeretaapian nasional (RIPNAS) 2010-2030 di Kementerian Perhubungan atau Kemenhub. “Jika kereta cepat hanya sampai Bandung saja justru akan rugi, karena investasinya yang mahal, (Jakarta-Bandung) hanya 142 kilometer,” ujar dia saat dihubungi pada Rabu, 1 November 2023.
Namun, karena sudah terlanjur membangun infrastruktur kereta cepat ke Bandung, dia menjelaskan perpanjangan lintasan mungkin dilanjutkan melalui selatan Jawa, yakni Yogyakarta dan Solo. Sehingga investasi yang diperlukan hanya pembangunan prasarana karena sara kereta sudah ada.
Adapun pembiayaan proyek, kata Deddy, diharapkan berasal dari soft loan (pinjaman lunak)—fasilitas pinjaman dengan syarat pelunasan ringan, tingkat suku bunga rendah, dan berjangka waktu panjang. “Dengan adanya kereta cepat jni dari Jakarta-Surabaya untuk mengurangi lalu lintas penerbangan yang sudah terlalu padat,” tutur Deddy.
Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko memastikan untuk kelanjutan proyek itu sudah mulai melakukan kesepatan dengan pihak Cina untuk memulai kajian bersama terlebih dahulu. “Tapi butuh waktu,lah. Kita sedang melakukan joint study dengan pihak Cina, untuk kita lihat feasibility maupun cost project secara keseluruhan,” ujarnya Kantor InJourney, Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu, 1 November 2023.
Dia juga menjelaskan dipilihnya kembali Cina sebagai mitra untuk kelanjutan proyek tersebut. Menurut Tiko, karena Negeri Tirai Bambu itu sudah membangun memiliki pengalaman dalam mebangun Kereta Cepat Jakarta-Bandung. “Tentunya secara komersial pihak Cina juga harus melihat apakah feasible atau tidak. Dan berapa project cost-nya, kan,” tutur dia.
Tiko menyebutkan bahwa kerja sama tersebut belum membicarakan mengenai perusahaan apa saja yang bakal terlibat. “Kita (baru) bicara dengan NDRC (National Defense Research Committee dari Cina). Dengan pemerintah Cina-nya,” kata dia. NDRC merupakan Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional asal Cina.
Soal skema pembiayaannya, Tiko menjelaskan, masih belum mengetahuinya dan baru akan dibahas. “Lagi proses, kan nanti setelah studinya keluar,” ucap Tiko. Mengenai kapan proyek akan dieksekusi juga Tiko belum bisa menjelaskan detail. “Saya belum bisa jawab, karena baru mulai studinya.”
MOH KHORY ALFARIZI | CAESAR AKBAR
Pilihan Editor: Kereta Cepat Whoosh Lanjut ke Surabaya Bareng Cina Lagi, Kenapa Pemerintah Harus Hati-hati?