TEMPO.CO, Jakarta - Perencana Keuangan atau financial planner Expert sekaligus Head of Advisory and Investment Operations, Rista Zwestika Reni, mengatakan, tiap orang ketika hendak berinvestasi sebaiknya memerhatikan tidak hanya kelebihan tapi juga kekurangan produk investasi yang akan dipilih.
“Jangan berbicara soal kelebihan saja, harus paham kekurangannya juga. Sama kayak nyari jodoh, harus paham kekurangan kelebihannya,” ujar Rista dalam acara gathering di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 31 Oktober 2023.
Rista lalu membeberkan empat kelebihan investasi dalam bentuk saham. Pertama, memiliki likuiditas yang tinggi. Kedua, nilai saham yang mudah dipantau dan fleksibel. “Baik di media cetak maupun media elektronik,” tuturnya.
Ketiga, investor tidak perlu membayar pajak selama memiliki saham. Serta keempat, investasi saham dapat memberikan potensi return yang tinggi dan berkesinambungan lewat capital gain dan dividen.
Rista dalam paparannya juga mengungkap kelemahan dari investasi saham. Pertama, diperlukan pengetahuan dan keahlian menganalisis untuk meminimalisir risiko.
Hal tersebut penting, kata Rista, karena banyak kerugian yang diakibatkan dari ketidaktahuan soal investasi. “Ditambah belum memahami bagaimana mengatur kondisi keuangan. Makanya pada merugi investasi bodong,” tuturnya.
Kedua, investasi saham memiliki risiko yang tinggi karena kondisi pasar yang sangat fluktuatif. Ketiga, adanya peluang delisting, yakni penghapusan pencatatan saham dari bursa oleh BEI.
Keempat, apabila perusahaan atau perseroan terbatas yang menjadi tempat kita menanam inveslasi saham bangkrut, maka investasi saham kita turut merugi. Inilah kelebihan dan kekurangan yang harus dipertimbangkan saat ingin melakukan investasi saham.
Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per September 2023 menunjukkan investor pasar modal Indonesia telah mencapai 11,72 juta. Pertumbuhan investor selama sekitar 10 bulan terakhir ditopang oleh pertumbuhan investor reksa dana sebesar 14,47 persen dan investor Surat Berharga Negara (SBN) 15,45 persen. Pertumbuhan juga dicatatkan oleh investor saham selama sekitar 10 bulan terakhir yang meningkat 13,27 persen.
Secara rinci, jumlah investor pasar modal terdiri dari 5,02 juta investor saham, 10,99 juta investor Reksa Dana, dan 959 ribu investor surat berharga negara (SBN). Jika digabung dengan SID peserta tabungan perumahan rakyat (Tapera), maka total jumlah SID telah mencapai 16 juta. Jumlah investor pasar modal Indonesia tumbuh 13,76 persen dari tahun sebelumnya, yakni 10,31 juta.
Pilihan Editor: Makna Pantun Jokowi 'Pinjam Dulu Seratus' di IKN, Perburuan Investor Mancanegara hingga Beban APBN