TEMPO.CO, Nusa Dua - Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), Yudo Dwinanda Priaadi, menargetkan penggunaan bioavtur mencapai 5 persen pada 2025.
Adapun kerja sama pengembangan bioavtur sudah dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama dengan PT Pertamina (Persero).
“Tes sudah mulai dilakukan dengan pencampuran 2,4 persen bioavtur dalam komposisi bahan bakar pesawat,” kata Yudo dalam acara IPOC 2023 di Westin Resort, Nusa Dua, Bali, Kamis, 2 November 2023. Ia mengatakan bahwa tes pertama telah dilakukan dengan CN-235-220 FTB dan hasilnya sukses.
Selain itu, bioavtur juga telah digunakan pada penerbangan komersial dengan bahan bakar J2.4, yakni uji coba Garuda Indonesia pada pesawat tipe Boeing 737-800 NG. Dari hasil uji terbang tersebut, pesawat menunjukkan respons yang baik dan terkendali.
Menurut Yudo, produksi biovatur secara masif akan dilaksanakan pada 2026 mendatang. “Pertamina berencana untuk meluncurkan Cilacap Green Refinery pada tahun 2026 berbasis waste feedstock,” tuturnya. Adapun Kementerian ESDM berkomitmen untuk terus mendorong produksi dan penggunaan biovatur dalam industri aviasi.
Lebih lanjut, dalam mengembangkan bioavtur, Yudo mengungkap beberapa tantangan dalam menghadapinya, seperti kelangkaan ketersediaan dan variasi feedstock dalam produksi SAF (Sustainable Aviation Fuel).
“Karena dibandingkan dengan bahan bakar berbasis fosil, saat ini produksi bioavtur masih membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga produksi harus terus ditingkatkan,” kata dia.
Kolaborasi dengan berbagai patner baik dalam kerja sama pengembangan produk maupun teknologi terus didorong untuk dapat memproduksi bioavtur. Selain itu, perlu juga meningkatkan pemahaman publik terhadap usaha pengembangan produk bioavtur.
Pilihan Editor: Menkominfo Budi Arie Pastikan Tak Ada Uang Judi Online yang Mengalir ke Parpol