TEMPO.CO, Jakarta - Filosofi Bugatti tertanam pada moto pendirinya, Ettore Bugatti, “Tidak ada yang terlalu indah dan tidak ada yang terlalu mahal”. Setelah lebih dari satu abad sejak perusahaan otomotif multinasional itu eksis, maestro Ettore Bugatti tidak pernah lepas dari yang namanya kemewahan.
Kendaraan pertama Ettore Bugatti diproduksi saat ia hendak menginjak usia 21 tahun. Delapan tahun kemudian, pada 1909, ia mendirikan perusahaannya sendiri di Molsheim, Alsace (wilayah perbatasan Prancis dan Jerman). Itu adalah momen yang menyenangkan bagi dunia otomobil dan olahraga motor yang sedang berkembang. Bugatti dengan cepat mengukir namanya di arena pacu, meraih posisi kedua di Grand Prix Prancis 1911.
Sehebat apapun performa Bugatti, setiap mobil pasti didesain untuk mewujudkan nilai estetika. Misalnya, Type 13 Brescia—yang mendominasi trek pada tahun-tahun awal pasca-Perang Dunia I—menampilkan gril radiator berbentuk telur untuk menghormati keyakinan ayah Ettore bahwa telur adalah bentuk alami yang paling sempurna. Ketika sasis diturunkan pada model-model berikutnya, bagian telur itu menjadi tapal kuda, sesuatu yang tetap ada sebagai ciri khas Bugatti hingga kini.
Kemudian, ada Type 35 yang mendefinisikan warisan balap Bugatti. Mulai dari debutnya pada 1924 hingga produksi akhir 1931, mobil Grand Prix yang legal di jalan raya tersebut mengklaim lebih dari 2.000 kemenangan.
Sementara di luar lintasan, ambisi Bugatti diwujudkan dengan Type 41 Royale, mobil mewah yang dibuat khusus untuk orang-orang penting kala itu. Dari total 25 unit yang direncanakan, hanya terealisasi 6 dan terjual 3 akibat fenomena Depresi Hebat 1930-an yang mengekang permintaan pasar. Bagian mesin bertenaga dari mobil termahal itu akhirnya diambil untuk dirancang ulang pada Bugatti Railcar, salah satu sistem kereta api berkecepatan tinggi pertama di dunia.
Selanjutnya: Kelahiran Kembali Bugatti...