- Sukarno (1945-1967)
Dilansir dari situs Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), evolusi operasi TNI pada masa pemerintahan Sukarno dapat dikaji dalam tiga momentum politik, meliputi perang kemerdekaan (1945-1949), demokrasi parlementer (1950-1959), dan periode demokrasi terpimpin (1960-1965).
Masa perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dinilai sangat mempengaruhi pemikiran geopolitik Sukarno. Adapun pengadaan alutsista di era sang proklamator didominasi oleh impor dari Uni Soviet. Kiriman Alutsista yang sangat masif pada zaman itu menjadikan Indonesia disebut sebagai Macan Asia.
Dalam periode tersebut, dua sistem persenjataan yang paling banyak diakuisisi adalah 17 kapal perang dan pesawat tempur. Tujuannya adalah untuk mempertahan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berbentuk kepulauan.
Tak hanya Alutsista, bantuan dari Soviet juga berwujud pelatihan serta pembangunan armada laut dan armada angkatan udara. Dikutip dari laman Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Kulonprogo, bantuan yang diterima Indonesia saat itu digadang-gadang mencapai US$ 2,5 miliar.
- Soeharto (1967-1998)
Dilansir dari Jurnal Ilmiah Multidisiplin (2022), militer era Soeharto lebih aktif terlibat dalam kehidupan politik untuk menjalankan berbagai urusan sipil. Soeharto di masa Orde Baru mengenalkan tentang dwi fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Berdasarkan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 1985/1986, pembangunan sektor pertahanan dan keamanan nasional sebesar Rp 714 juta. Sementara anggaran belanja rutin sektor pertahanan dan keamanan nasional pada 1985/1986 adalah Rp 1,6 miliar.
Selanjutnya: Anggaran Pertahanan di Era Presiden Habibie dan Abdurrahman Wahid...