TEMPO.CO, Jakarta - September lalu, Pemerintah mulai menggelontorkan bantuan sosial alias Bansos demi mengerem harga beras naik sejak Agustus. Kebijakan itu dinilai tak efektif.
Belakangan, harga beras memang kian meroket. Per Rabu, 4 Oktober 2023, rerata harganya masih melampaui harga eceran tertinggi (HET).
Berikut fakta-fakta melonjaknya harga beras di Tanah Air dan upaya pemerintah menanganinya dengan menggelontorkan Bansos
1. Kenaikan harga beras telah berlangsung sejak awal tahun
Harga beras medium sebenarnya sudah mengalami kenaikan sejak awal tahun. Meski sempat menurun pada bulan Juni. Sedangkan harga beras premium konstan naik sejak awal tahun. Selain itu, kenaikan harga beras tahun ini juga lebih tinggi dibanding tahun lalu.
Sebagai contoh, harga beras naik pada Juli dibanding Januari 2023 sebesar Rp 857 per kilogram untuk tipe beras medium, dan untuk tipe beras premium, kenaikannya sebesar Rp 915 per kilogram. Dalam periode yang sama di 2022, kenaikan harga beras medium hanya Rp 96 per kilogram, dan beras premium hanya naik Rp 110 per kilogram.
2. Kenaikan harga beras signifikan pada Agustus
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok atau SP2KP Kementerian Perdagangan, kenaikan harga beras secara signifikan terjadi pada Agustus. Yakni rata-rata harga beras nasional mencapai Rp 12.201 per kilogram untuk tipe beras medium, dan Rp 14.100 per kilogram untuk tipe beras premium.
Sementara itu, menurut rilis data Badan Pusat Statistik atau BPS, harga beras eceran pada Agustus 2023 naik 1,43 persen dibanding Juli 2023, sedangkan secara tahunan naik 13,76 persen. Beras menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar pada Agustus 2023, yakni sebesar 0,05 persen.
3. Pemerintah gelontorkan Bansos atasi kenaikan beras
Untuk mengatasi melonjaknya harga beras, Pemerintah kemudian menyalurkan Bansos beras sebesar 10 kilogram kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat atau KPM. Bansos tahap kedua ini didistribusikan ke 38 provinsi selama triwulan, mulai dari September hingga November.
Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengatakan Bansos ini disalurkan untuk mengantisipasi penurunan produksi padi di dalam negeri akibat kekeringan. Saat ini setidaknya tujuh provinsi mulai mengalami kekeringan. Namun, kata Jokowi, sejauh ini cadangan beras masih aman.
“Biasanya stok kita itu hanya 1,2 juta ton normal. Ini kita memiliki 2 juta ton sehingga kita tidak usah khawatir,” ucapnya.
4. Bulog optimis bansos turunkan harga beras medium
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas optimis harga beras medium bakal turun usai Bansos beras digelontorkan. Ia memperkirakan harga beras bisa turun menjadi Rp 11.000 per kilogram. Kendati demikian, ia menegaskan harga beras tak akan seketika turun setelah Bansos beras digelontorkan.
Namun, ia memastikan harga komoditas ini akan berangsur turun. Terlebih, pemerintah juga telah melakukan intervensi pasar melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). “Kami berharap paling mahal Rp 11.000 per kilogram,” ucap Buwas saat ditemui Tempo di Gudang Bulog, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Senin, 11 September 2023.
5. Harga beras disebut sulit turun meski pemerintah gelontorkan bansos
Ekonom Institute for Development of Economics atau Indef, Rusli Abdullah, memperkirakan harga beras akan sulit turun hingga penghujung 2023 meskipun sudah ada bansos beras yang disalurkan pemerintah. Hal ini lantaran tidak ada panen raya sampai akhir tahun untuk menambah pasokan beras.
“Kalau menurunkan harga, enggak bisa. Karena kan pasti suplainya harus ditambah. Di akhir tahun itu dalam kondisi normal, harga beras naik karena tidak ada panen,” ujar Rusli saat dihubungi Tempo pada Sabtu, 8 September 2023.
Dalam kondisi normal tersebut, Rusli mengatakan, harga beras memang cenderung naik pada November dan Desember walaupun hanya berkisar Rp 100-400 per kilogram. Namun kenaikan tersebut bisa jadi berlipat pada tahun ini karena faktor kekeringan akibat El Nino dan permintaan yang naik usai pandemi.
6. Pengamat sebut turunnya harga beras tergantung kondisi pasar
Sementara itu, Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia atau AEPI, Khudori menuturkan kenaikan harga beras menandakan pasokan terbatas. Karena itu, kata dia, berhasil tidaknya Bansos beras menurunkan harga akan amat tergantung pada kondisi pasar. Kenaikan harga beras akan tertahan apabila Bansos dikombinasikan dengan operasi pasar atau program SPHP. Jika volume SPHP cukup besar, harga beras bakal tertahan tidak naik.
“Untuk membuat harga turun, dugaan saya, sulit. Karena pasokan ke pasar dari panen sudah menurun sejak Juli lalu,” kata Khudori kepada Tempo, Minggu, 17 September 2023.
7. Penyebab kenaikan harga beras menurut Ombudsman RI
Ombudsman RI membeberkan penyebab harga beras mahal. Menurut lembaga pengawas pelayanan publik itu, ada tiga penyebab utama yang membuat harga beras mahal. Ketiga penyebab tersebut yakni permasalahan iklim, permasalahan di hulu, dan permasalahan di hilir.
Menurut Ombudsman, sebenarnya masalah iklim tak terlalu berdampak signifikan terhadap naiknya harga beras. Sebab, apabila di suatu daerah ada penurunan produksi akibat kekeringan, maka produksi beras masih bisa dipasok dari daerah lain. Untuk permasalahan di hulu, Ombudsman menemukan adanya luas lahan pertanian yang turun, keterbatasan sarana produksi pertanian serta masalah benih dan pupuk.
Terakhir, penyebab harga beras mahal menurut Ombudsman adalah permasalahan di hilir yang meliputi biaya komponen produksi naik, berkurangnya pasokan gabah dari petani, matinya penggilingan padi kecil, turunnya produksi beras hingga ketidakpastian impor beras.
“Polemik harga beras dapat memunculkan dampak serius, seperti gangguan pelayanan publik, inflasi, peningkatan angka kemiskinan, serta gangguan stabilitas sosial dan keamanan politik menjelang tahun Pemilu 2024,” ujar anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika dikutip dari Koran Tempo, Selasa, 19 September 2023.
8. Mendag Zulhas sebut harga beras tak lagi melonjak
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengklaim harga beras sudah tidak lagi melonjak. Menurut dia, harga beras di beberapa wilayah sudah turun. Tetapi ia tak menampik masih ada yang melampaui batas HET Rp 10.900 per kilogram. Ia lalu menganjurkan agar masyarakat membeli beras Bulog yang dibanderol Rp 10.900 per kilogram atau Rp 54.500 per kemasan 5 kilogram.
“(Jika ingin) sesuai HET, beras Bulog, dong. Kalau (harga beras) premium nggak bisa. Terserah pasar, lah,” kata Zulhas, Jumat, 22 September 2023.
Meskipun terpantau naik selama sepekan, terdapat satu hari di mana harga beras mengalami penurunan seperti pada 29 September. Kala itu, harga beras premium turun menjadi Rp 14.810 per kg dan harga beras medium menjadi Rp 13.200 per kg.
9. Menteri BUMN Erick Thohir juga klaim harga beras mulai turun
Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir mengklaim harga beras sudah mulai mengalami penurunan. Ia menyebut penurunan tersebut tampak dari harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) yang turun sekitar 11 persen. Ia mengatakan, Presiden Jokowi mendorong peningkatan stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang menjadi 35 ribu ton. Sementara itu, saat ini stok beras baru mencapai 31 ribu ton.
“Sekarang dengan stok 31 ribu (ton) sudah turun 11 persen,” kata Erick dalam operasi pasar beras SPHP di PIBC, Jakarta Timur pada Rabu, 4 Oktober 2023.
10. Harga beras masih naik
Tetapi fakta di lapangan berbeda dengan pernyataan Erick dan Zulhas. Harga beras premium dan medium rata-rata nasional di pedagang eceran justru naik. Per Rabu, 4 Oktober 2023, misalnya, beras premium terpantau naik 1,61 persen menjadi Rp 15.110 per kilogram (kg) bila dibandingkan dengan kondisi pekan lalu, Rabu, 27 September 2023. Sementara harga beras medium naik 0,30 persen menjadi Rp 13.320 per kg.
Pada pekan lalu, harga rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran untuk beras premium tercatat Rp 14.810 per kg. Sedangkan harga beras medium tercatat Rp 13.240 per kg. Harga beras premium tertinggi berada di Kabupaten Jayawijaya, Papua sebesar Rp 25.000 per kg. Sementara harga beras premium terendah berada di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat sebesar Rp 13.000 per kg.
Untuk harga beras medium tertinggi terdapat di Kabupaten Jayawijaya, Papua sebesar Rp 22.000 per kg. Adapun harga beras medium terendah berada di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat dengan harga Rp 10.900 per kg.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | FAISAL JAVIER | DEFARA DHANYA PARAMITHA | RIANI SANUSI PUTRI | SULTAN ABDURRAHMAN | ANDIKA DWI | YOHANES MAHARSO JOHARSOYO
Pilihan editor: Harga Beras Naik, Bulog: Kami-harus Imbang di Sisi Petani dan Konsumen