TEMPO.CO, Jakarta - PT Freeport Indonesia (PTFI) berencana mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 30 persen pada 2030. Direktur PTFI Tony Wenas membeberkan rumusan strategi dekarbonisasi yang berfokus pada bisnis dan operasional pertambangan.
Salah satu inovasi yang dilakukan adalah dari penggunaan alat angkut bijih tambang bertenaga listrik. Perusahaan menggunakan sistem kereta listrik otomatis bawah tanah yang dapat mengangkut 110 ribu ton bijih per hari, menggantikan truk-truk besar berbahan bakar diesel.
“Alat angkut ini mampu mengurangi emisi karbon sekitar 80 ribu metrik ton per tahun,” ujar Tony lewat keterangan tertulis dikutip Kamis, 28 September 2023.
Upaya lain yang dilakukan PTFI dalam mengurangi emisi adalah menggunakan pembangkit listrik (power plant) baru berteknologi dual fuel engine baik pada kegiatan operasi di hulu maupun hilir.
Saat ini, PTFI meningkatkan penggunaan energi berkelanjutan dengan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) berkapasitas 128 MW, yang akan ditingkatkan menjadi 168 MW.
PTFI juga merencanakan penggantian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batu bara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) berkapasitas 267 MW pada tahun 2027. Harapannya dapat mengurangi emisi GRK hingga 62 persen.
Kendaraan listrik membutuhkan tembaga empat kali lipat lebih banyak