Faktor eksternal lainnya datang dari Asia, khususnya soal pengembang properti China Evergrande Group yang terkepung mengatakan pihaknya tidak akan dapat menerbitkan utang baru karena penyelidikan pemerintah. “Hal ini meningkatkan kekhawatiran atas pengawasan peraturan yang lebih ketat terhadap sektor ini, menghadapi krisis uang tunai selama tiga tahun,” ucap Ibrahim.
Adapun dari dalam negeri, faktor yang mempengaruhi adalah proyeksi pemerintah soal pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 yang bakal meningkat menjadi 5,2 persen. Meski begitu, para ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di rentang 4,9 persen hingga 5,1 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global 2024 yang diproyeksikan naik oleh beberapa organisasi internasional, seperti Bank Dunia dari 2,1 persen menjadi 2,4 persen. Sedangkan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional naik ke kisaran 3 persen, serta Organization Economic Cooperation and Development (OECD) meramal ekonomi tumbuh dari 2,7 persen menjadi 2,9 persen.
Walaupun masih ada ketidakpastian global, menurut Ibrahim, pertumbuhan ekonomi tersebut dapat ditopang oleh inflasi yang terkendali dan efek pemilihan umum 2024. Pemilu tahun depan pun diperkirakan bisa berdampak langsung ke konsumsi pemerintah dan ada dampak tidak langsung ke konsumsi masyarakat.
Dampak langsung pemilu ke konsumsi pemerintah itu, menurut Ibrahim, akan terlihat dari komponen konsumsi pemerintah di PDB yakni menampung komponen belanja pemerintah yang sifatnya operasional, seperti belanja material atau belanja barang.
Sedangkan, belanja pemerintah untuk Pemilu 2024 telah dianggarkan sebesar Rp 11,52 triliun di tahun 2023 dan senilai Rp 15,97 triliun pada tahun 2024, kata Ibrahim, juga turut memberi sinyal positif dari dalam negeri.
NINDA DWI RAMADHANI
Pilihan Editor: Viral Video Rupiah Mutilasi Beredar di Media Sosial, Deputi Gubernur BI: Itu Hoaks