TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan atau OJK Mirza Adityaswara mengatakan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve alias The Fed dan Bank Indonesia berbeda tipis. Dia menyebutnya sebagai yang pertama dalam sejarah.
Mirza mengatakan di tingkat makro, suku bunga acuan Fed belum turun yaitu sekitar 5,5 persen. Sedangkan suku bunga Bank Indonesia saat ini 5,75 persen.
"Jadi ini pertama kalinya di sejarah Indonesia, terjadi hal semacam ini. Ini pertama kali suku bunga The Fed dengan Bank Indonesia itu berbeda tipis, biasanya perbedaannya sekitar 1,5 persen," kata Mirza dalam acara IFG International Conference di Jakarta pada Selasa, 19 September 2023.
Menurut Mirza, pemerintah berhasil mengelola perekonomian sehingga perbedaannya hanya 0,25 persen. Dia menjelaskan, ada beberapa penyebab suku bunga The Fed dan BI berbeda tipis, yakni karena neraca perdagangan RI yang surplus, situasi fiskal RI yang juga sehat, serta defisit fiskal tahun ini yang ditargetkan hanya 2,3 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) dan bisa lebih rendah dari itu.
"Jadi kita menunggu kapan nanti suku bunga The Fed akan turun," beber Mirza.
Jika suku bunga The Fed tak kunjung turun, lanjut dia, negara berkembang atau emerging countries akan semkain sulit bertumbuh. Mirza menilai, jika menilik estimasi atau proyeksi ekonomi tingkat internasional, khususnya pada 2024, suku bunga The Fed akan turun.
"Jadi, mudah-mudahan Indonesia dapat melakukan pemotongan suku bunga atau penurunan suku bunga, dan kita akan mampu menangani akun piutang kita, neraca perdagangan kita masih sehat seperti sekarang," tutur dia.
Dinukil dari Antara, The Fed akan kembali menetapkan arah suku bunga acuan dalam rapat dewan gubernur alias Federal Open Market Committee (FOMC). Rapat ini akan berlangsung pada 19-20 September 2023.
Ekonom dari PT Bahana TCW Investment Management Emil Muhamad memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,5 persen hingga akhir 2023. Begitu pula dengan suku bunga acuan BI.
"Kami memperkirakan suku bunga The Fed dan BI 7-day Reserve Repo Rate tidak akan bergerak hingga akhir tahun meski dalam jangka pendek masih ada tekanan inflasi," kata Emil dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
AMELIA RAHIMA SARI | ANTARA
Pilihan Editor: Bos OJK: Bursa Karbon Diluncurkan Minggu Depan