Dalam perencanaan jangka panjang, Pertamina mengalokasikan sebagian besar investasinya, sekitar 60 persen hingga 65 persen untuk pengembangan gas alam cair (LNG) di sektor hulu.
Selain itu, dalam mencapai target nol emisi karbon Pertamina juga mengalokasikan 15 persen dari CAPEX untuk mengembangkan bisnis nol karbon, seperti panas bumi, energi surya dan angin.
“Tujuan utama kami adalah mencapai keamanan dan kemandirian energi. Penting untuk dicatat bahwa meskipun kami terus mengoperasikan aset minyak dan gas kami, namun kami melakukannya dengan lebih sadar terhadap lingkungan melalui operasional bisnis yang berkelanjutan,” ujar Nicke Widyawati.
Pertamina telah memulai beberapa upaya dekarbonisasi untuk mengurangi emisi dari aset bisnis yang ada dan berhasil mengurangi emisi karbon sebesar 31 persen.
Berkat upaya tersebut, Pertamina berada di peringkat kedua secara global dalam sub-sektor minyak dan gas terintegrasi dalam hal kinerja ESG.
“Kami menganggap ini sebagai awal yang baru dan tetap berkomitmen untuk inisiatif lebih lanjut,” kata Nicke Widyawati.
Nicke Widyawati menambahkan, gas tetap menjadi bahan bakar transisi yang penting dengan kapasitas energi yang andal. Oleh karena itu, Pertamina berkomitmen untuk mengembangkan industri hulu gas, termasuk hidrogen biru, amonia biru, metanol, dan infrastruktur gas yang diperlukan di seluruh rantai nilai.
Pilihan Editor: Daftar Proyek yang Gencar Dipromosikan Luhut ke Cina, IKN hingga Mobil Listrik