TEMPO.CO, Jakarta - Jalan Tol Indralaya-Prabumulih sepanjang 64,50 kilometer yang saat ini progres konstruksinya sudah dalam tahap akhir penyelesaian yakni 98,86 persen segera dapat dioperasikan. Uji laik fungsi (ULF) Jalan Tol Indralaya - Prabumulih yang merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) telah dilakukan pada 19 - 20 Juni 2023 lalu.
Mengutip dari laman bpjt.pu.go.id, jalan tol ini melewati wilayah Kota Palembang, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Muara Enim, dan Kota Prabumulih. Sebelumnya juga telah difungsionalkan secara khusus mendukung arus mudik Lebaran tahun ini.
Jalan tol Indralaya-Prabumulih akan resmi beroperasi tanpa pungutan biaya pada 30 Agustus 2023. Kabar gembira ini diumumkan Branch Manager ruas tol Palembang – Indralaya – Prabumulih PT Hutama Karya (Persero), Syamsul Rijal.
Dia menyampaikannya dalam acara workshop edukasi keselamatan berkendara di jalan tol. Workshop tersebut digelar di rest area Indralaya – Prabumulih KM 56 pada Selasa, 29 Agustus 2023.
Bagaimana progres pembangunannya?
Pada 15 Maret 2021, ruas Indralaya-Prabumulih Jalan Tol Palembang-Muara Enim sepanjang 64,8 kilometer (km) telah mencapai progres 30,4 persen. Dengan investasi sebesar Rp 6,7 triliun, proyek ini dimulai pada Juli 2020.
Di Palembang, Hasan Turcahyo, Manajer Proyek Pembangunan Tol Palembang-Muarenim PT Hutama Karya (Persero), menyatakan bahwa pihaknya optimistis bahwa konstruksi fisik jalan bebas hambatan itu dapat diselesaikan pada Semester II tahun 2022.
Sebagaimana dikutip Antara pada Rabu, 17 Maret 2021, ia menyatakan bahwa jalan tol Indralaya-Prabumulih merupakan salah satu rangkaian jalan tol yang menghubungkan Palembang ke Bengkulu dengan panjang total 329 kilometer, dengan ruas terpanjang sepanjang 64,8 kilometer.
Jalan Tol Indralaya-Prabumulih, yang merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera, dibagi menjadi enam zona, dengan masing-masing panjang jalan raya yang berbeda. Zona I sepanjang 10,5 km, zona II sepanjang 12,8 km, zona III sepanjang 11,7 km, zona IV sepanjang 12,5 km, zona V sepanjang 11,7 km, dan zona VI sepanjang 9,7 km.
Menurut Hasan, jalur kereta api Indraprabu dengan rincian enam zona ini mencakup jalan utama (jalan utama) dan dua simpang susun (simpang susun), yakni di Indralaya dan Prabumulih.
Sebagai tanggapan, Hasan menyatakan bahwa jalan raya Indraprabu melintasi delapan kecamatan yang terletak di dua wilayah kabupaten dan satu wilayah kota.
Menurutnya, dalam pelaksanaan proyek jalan tol ini, tiga jenis teknologi konstruksi yang disesuaikan dengan kontur lahan digunakan: tiang pancang, timbunan biasa, dan pengisian bebas PVD.
Pada proyek ini, morfologi tanah yang beragam membutuhkan perawatan khusus; salah satunya adalah penerapan teknologi geofoam yang inovatif pada oprit jembatan. Untuk menangani lapisan tanah yang labil, geofoam digunakan dalam bentuk balok yang ringan. Dengan berfungsi sebagai pengganti timbunan, Geofoam dapat memperlambat amblesan atau penurunan tanah selama masa layanan jalan tol. Ini terjadi pada titik semu antara timbunan dan struktur.
Pengerjaan morfologi tanah yang beragam juga menggunakan treatment prefabricated vertikal drainase (PVD) dan preloading.
PVD adalah teknologi drainase vertikal yang terbuat dari kertas plastik yang mempercepat pengurasan air dalam tanah. Preloading juga dilakukan dengan menempatkan beban di atas tanah sebelum pembangunan struktur, yang menurunkan kadar air dalam tanah.
Fungsi kedua perawatan ini sama: mempersingkat pengurasan air dalam tanah, memungkinkan konstruksi dimulai segera.
Dari segi teknologi, HKI juga telah menggunakan digitalisasi konstruksi yang luas seperti BIM (Building Information Modeling) dan Enterprise Resources Planning (ERP) yang berbasis SAP. Kedua teknologi ini memungkinkan proses konstruksi yang efektif, mulai dari tahap perencanaan hingga proses bisnis yang dapat dicatat secara real time.
Pilihan Editor: Besok Tol Trans Sumatera Ruas Indralaya-Prabumulih Beroperasi, Hutama Karya: Masih Gratis
