TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebut kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) di Jakarta berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Mengapa begitu?
"Karena Jakarta menguasai 70 persen peredaran uang nasional," kata Bhima pada Tempo, Rabu, 23 Agustus 2023.
Lebih lanjut dia menjelaskan, kebijakan WFH berisiko menurunkan berbagai indikator ekonomi Jakarta dan sekitarnya. Dengan asumsi, kata dia, WFH tidak hanya dilakukan aparatur sipil negara atau ASN tapi juga pegawai swasta non-esensial yang berpengaruh terhadap 40 persen pengeluaran rumah tangga di sektor transportasi.
"Ada risiko kehilangan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) DKI Jakarta sebesar Rp 215,8 triliun sepanjang 2023," ungkap Bhima.
Dia memaparkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), asumsi rata-rata porsi pengeluaran rumah tangga untuk transportasi, rekreasi, komunikasi dan budaya adalah 25,06 persen sepanjang 2018 hingga 2022. Sedangkan asumsi konsumsi rumah tangga DKI harga berlaku untuk 2023 sebesar Rp 2.153 triliun di 2023.
"Jika WFH-nya lebih tinggi maka pengaruhnya akan lebih besar lagi. Itu baru dari transportasi dan rekreasi," kata Direktur Celios itu.
Selanjutnya: Bhima menjelaskan, efek WFH bisa....