Tetapi, Jokowi menggarisbawahi kaya akan sumber daya alam (SDA) saja tidak cukup. Musababnya, kata dia, jadi pemilik saja tidak cukup karena akan membuat Indonesia menjadi bangsa pemalas yang hanya menjual bahan mentah kekayaannya. Tanpa ada nilai tambah, menurutnya, tak akan ada keberlanjutan.
"Saya ingin tegaskan Indonesia tidak boleh seperti itu," kata dia. Dia berujar Indonesia harus menjadi negara yang juga mampu mengolah sumber dayanya, mampu memberikan nilai tambah dan menyejahterakan rakyatnya. Dan ini bisa kita lakukan melalui hilirisasi.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta ini, hilirisasi yang ingin Indonesia lakukan adalah hilirisasi yang melakukan transfer teknologi. Hilirisasi juga harus memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, serta meminimalisir dampak lingkungan. Dia pun menegaskan pemerintah telah mewajibkan perusahaan tambang membangun pusat persemaian untuk menghutankan kembali lahan pasca tambang.
Lebih lanjut, Jokowi menuturkan hilirisasi yang didorong pemerintah tidak hanya pada komoditas mineral, tapi juga non mineral. Seperti sawit rumput laut, kelapa, dan komoditas potensial lainnya. Komoditas yang dimaksud yakni komoditas yang mengoptimalkan kandungan lokal dan yang bermitra dengan UMKM Petani dan nelayan sehingga manfaatnya terasa langsung bagi rakyat kecil.
Upaya ini, tutur dia, sedang pemerintah lakukan dan harus terus dilanjutkan. Ia tak menampik kebijakan ini memang pahit bagi pengekspor bahan mentah dan bagi pendapatan negara jangka pendek. Tetapi jika ekosistem besarnya sudah terbentuk dan pabrik pengolahannya sudah beroperasi, ia memastikan kebijakan ini akan berbuah manis pada akhirnya terutama bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Pilihan Editor: Jokowi Singgung Puncak Bonus Demografi 2030: Peluang Raih Indonesia Emas 2045