TEMPO.CO, Jakarta - Jembatan lengkung bentang panjang atau longspan di lintasan light rail transit atau LRT yang berada di persimpangan Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, belakangan ini kembali ramai diperbincangkan. Pasalnya lintasan itu disebut salah desain oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.
Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana menjelaskan longspan di lintasan LRT Jabodebek bukan satu-satunya ada. Menurut dia, hal yang serupa juga pasti dijumpai di infrastruktur perkeretaapian yang berada di lahan-lahan terbatas, karena harus membangun manuver belokan di kawasan perkotaan.
“Kayak di LRT Palembang itu bahkan lebih tajam lagi, kecepatan kereta mungkin hanya 5 kilometer per jam,” ujar dia saat dihubungi pada Sabtu, 5 Agustus 2023.
Dia menuturkan, longspan LRT Jabodebek masih dalam batas wajar selama pelambatan tidak mengganggu waktu tempuh dari kereta. Aditya melihat waktu tempuhnya masih relatif singkat daripada moda transportasi lain. Misalnya dari Stasiun Dukuh Atas, ke Stasiun Jatimulya, Bekasi hanya 30-35 menit
“Itu masih sangat kompetitif dibandingkan moda angkutan lain terutama ketika di pagi dan sore hari macet,” ucap Aditya. “Sehingga saya pikir perlambatan sampai 20 kilometer per jam atau makan waktu lebih dari satu menit ketika di lengkungan itu menurut saya masih cukup wajar.”
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan bahwa kesalahan desain pada longspan LRT Jabodebek mengakibatkan adanya tikungan tajam yang berdampak pada melambatnya kecepatan kereta. Menurutnya, jika tikungan jembatan itu digarap melebar, maka kereta LRT Jabodebek bisa tetap melaju dengan kencang.