Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sabu Raijua NTT, Javid Ndu Ufi, mengingatkan warga untuk mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan selama musim kemarau, yang tahun ini lebih kering dari biasanya akibat fenomena El Nino.
"Kami imbau warga untuk tidak membakar lahan kering sembarangan," ucapnya. Ia juga meminta warga tidak melakukan aktivitas yang bisa memicu kebakaran hutan dan lahan, seperti membuang puntung rokok sembarangan serta membakar sampah atau dedaunan kering tanpa mengawasinya sampai api benar-benar padam.
Para camat dan kepala desa, kata dia, harus giat menyampaikan imbauan kepada warga untuk menjalankan langkah-langkah mitigasi kebakaran hutan dan lahan.
Saat ini BPBD telah meningkatkan kesiapsiagaan untuk menangani kebakaran hutan dan lahan selama musim kemarau. "Jika ada kebakaran, tim reaksi cepat BPBD Sabu Raijua siap menyuplai air ke pemadam kebakaran. Kami punya tangki dengan selang air yang panjang juga untuk memadamkan api," tuturnya.
Bupati Sabu Raijua Nikodemus Rihi Heke sebelumnya telah menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan dari Juli hingga Desember 2023. Hal ini merespons peringatan dini yang dikeluarkan oleh Stasiun Klimatologi Kelas II Nusa Tenggara Timur soal kemungkinan terjadi kekeringan di beberapa kecamatan di Kabupaten Sabu Raijua.
Wilayah Kecamatan Hawu Mehara dinyatakan berstatus Waspada karena curah hujannya diprakirakan sangat rendah dengan hari tanpa hujan lebih dari 21 hari. Sedangkan Kecamatan Raijua, Sabu Barat, dan Sabu Timur dinyatakan berstatus Siaga karena mengalami hari tanpa hujan lebih dari 31 hari.
Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi mengklaim fenomena El Nino di Indonesia tidak mengganggu produksi padi dan beras petani. Dengan begitu, ketersediaan dan harga pangan di masyarakat masih terjaga stabil.
Selanjutnya: "Sekarang kita mengalami kekurangan air, tapi..."