Iklan
Lebih lanjut ia mengatakan stigma negatif pada industri ini memang tidak bisa dihilangkan dalam waktu dekat.
Untuk itu Industri TPT perlu memperlihatkan bahwa sektor ini mampu memberikan dampak positif pada pendapatan negara.
"Gonjang ganjing mengenai tekstil secara global ini ternyata tidak dirasakan di negara lain seperti Korea Selatan dan Taiwan. Itu bisa ada karena ekosistemnya sudah terbentuk, dan ini yang coba kami siapkan," kata dia.
Ketua IKA ITT-STTT-Politeknik STTT Riady Madyadinata menuturkan, persoalan di industri tekstil memang beragam. Penurunan volume produksi pun bukan hanya di Jawa Barat, tapi hampir seluruh daerah yang memiliki kawasan industri TPT.
Untuk itu perlu sinergi antara pemangku kebijakan, perusahaan, dan para ahli tekstil agar sektor ini mampu tumbuh kembali usai diterpa pandemik COVID-19.
"Kami akan coba berbicara juga dengan seluruh stakholder yang berkepentingan sehingga industri tekstil ini jangan turun terus, tapi harus ada peningkatan," kata Riady.
Hal senada juga disampaikan Sekjen IKA Ananta Dwihasto yang menyebut bahwa penguatan industri tekstil harus diperkuat juga dengan peningkatan kapabilitas SDM dalam negeri.
Ini artinya, pabrik tekstil bukan hanya didorong untuk memproduksi produk berkualitas, tapi juga menyiapkan SDM unggul.
Iklan
"Hal ini menjadi perhatian bersama bahwa industri TPT yang baik dan tetap tumbuh tidak terlepas dari keberadaan SDM berkualitas," kata Ananta.