Fahmy menyebut, ada tiga tugas yang diberikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi ketika menunjuk Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina. Ketiga tugas tersebut, yakni memberantas mafia migas, membangun kilang minyak, dan menaikkan produksi migas.
"Kilang (baru) sampai sekarang tidak terbangun. Produksi migas juga menurun, di bawah target. Tidak ada satu pun dari ketiga indikator itu yang dicapai dengan baik," ujar Fahmy.
Oleh karena itu, menurut Fahmy, Dirut Pertamina yang baru lebih baik diambil dari internal Pertamina. Misalnya, kata Fahmy, dari direktur-direktur di holding maupun sub holding Pertamina. Fahmy mengatakan mereka lebih layak dipromosikan.
"Itu bisa menjadi career path. Selain itu, mereka sudah punya pengalaman," kata Fahmy.
Kemudian yang tidak kalah penting, Fahmy melanjutkan, Dirut Pertamina harus diambil dari figur yang memiliki kapabilitas dan integritas. "Tidak tergoda suap, misalnya. Kemudian punya komitmen kuat dalam mengelola perusahaan Migas," ujar Fahmy.
Sejak isu Ahok menggantikan Nicke sebagai Dirut Pertamina muncul di ruang publik, Menteri BUMN Erick Thohir tidak membuat bantahan. Erick hanya mengatakan hal tersebut masih dalam tahap review.
"Belum ada keputusan yang diambil terkait pergantian pimpinan. Masih di-review mana yang terbaik," kata Erick, seperti dikutip dari Tempo, Sabtu, 22 Juli 2023.
Menurut Erick, wacana ini muncul seiring penetapan Wakil Menteri BUMN II yang baru, yakni Roslan Roeslani. Sebagai wakil menteri yang membawahi BUMN sektor energi, kata Erick, Roslan diberi kesempatan mereview kinerja perusahaan di bawah klaster yang diampu.
Tempo juga berupaya mengonfirmasi hal ini kepada Ahok. Namun, hingga berita ini ditayangkan, Ahok belum memberi tanggapan.
Pilihan Editor: Anggota DPR Nilai Ahok Bukan Sosok yang Tepat untuk Menjadi Dirut Pertamina
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.