Sedangkan anggaran belanja bunga utang sebesar 441,4 triliun. Di dalam tabel itu juga ditunjukkan rasio anggaran pendidikan dan kesehatan dibandingkan belanja bunga utang sebesar 179 persen.
Selain itu, dalam utasnya, Prastowo menyebutkan Indonesia tidak pernah gagal bayar sepanjang sejarah. "Buktinya peringkat kredit Indonesia di tingkat layak investasi.Lembaga pemeringkat global, Standard & Poor's (S&P), mengafirmasi peringkat kredit Indonesia bertahan di posisi BBB outlook stabil," cuitnya.
Adapun keputusan mempertahankan rating tersebut, menurut Prastowo, adalah cerminan dari kesuksesan Indonesia dalam melakukan konsolidasi fiskal yang cepat dan didukung oleh pertumbuhan pendapatan yang solid. "Termasuk kebijakan fiskal-moneter yang terkalibrasi dengan baik."
Sebelumnya Managing Director Political Economy and Policy Studies, Anthony Budiawan menilai Indonesia masuk ke dalam kategori negara gagal sistemik. Anthony merujuk pada pernyataan yang disampaikan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) António Guterres.
Dalam video yang diunggah Anthony, António Guterres mengatakan, negara yang membayar bunga pinjaman lebih besar dari anggaran kesehatan atau pendidikan termasuk negara gagal sistemik.
Kemudian Anthony menyoroti biaya kesehatan dalam APBN 2022 yang lebih besar dibandingkan total bunga pinjaman. Dia menyebutkan biaya kesehatan Indonesia pada periode tersebut sebesar Rp 176,7 triliun. Sedangkan total bunga pinjaman mencapai Rp 386,3 triliun.
Pilihan Editor: Sekjen PBB Soal Pencapaian Target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: Dunia Benar-benar Keluar Jalur