TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Yudi Sastro, menyebut urban farming menjadi salah satu klaster pertanian yang bisa dikembangkan di Ibu Kota Nusantara (IKN). Jika dikelola optimal, ia mengklaim urban farming bisa memenuhi 30 hingga 40 persen kebutuhan pangan.
"Jejak karbon juga bisa dikurangi. Kemudian produk berkualitas baik berdaya saing tinggi," kata Yudi dalam Simposium Memperkuat Ekosistem Pertanian Berkelanjutan untuk Mendukung Ketahanan Pangan IKN & Kaltim yang disiarkan langsung melalui YouTube IKN Nusantara, Selasa, 11 Juli 2023.
Yudi menjelaskan, urban farming cocok diterapkan untuk tanaman pangan dan holtikultura. Masyarakat bisa memanfaatkan lahan publik, ruang terbuka hijau, atau roof top. Metode penanamannya pun bisa dilakukan langsung di tanah, menggunakan pot, ataupun hidroponik.
"Ini bisa dilakukan di mana saja. Tergantung nanti pengaturan di perkotaan," kata dia.
Tak cuma urban farming, kata Yudi, klaster pertanian lain yang bakal dikembangkan di IKN adalah klaster wilayah penyangga yang merujuk pada pengembangan food estate.
Berbeda dengan urban farming, Yudi mengatakan food estate adalah konsep usaha pertanian skala besar yang multi komoditas, menerapkan mekanisasi, modern pertanian, serta sistem digitalisasi.
Dalam food estate, korporasi pertanian perlu dilakukan. Konsep ini juga erat kaitannya dengan hilirisasi produk pertanian. "Kalau diterapkan dengan baik, pendekatan hilirisasi bisa berkontribusi besar bagi IKN di masa mendatang," ujar Yudi.
Pilihan Editor: Ciputra Group Akan Bangun Perumahan, Hotel, Lapangan Golf hingga Botanical Garden di IKN