TEMPO.CO, Jakarta - Saat pandemi tiga tahun lalu, Rasum, 35 tahun sempat kerepotan untuk lanjut menjalani bisnis kue tradisional yang dijajalnya sejak remaja. Perempuan asal Indramayu itu, akhirnya sempat pulang kampung untuk kembali bertani. “Pas Corona sama sekali tidak bisa berjualan karena pasar tutup,” tutur Rasum kepada Tempo pada 30 Juni 2023.
Usaha 'Getuk Ayu' yang dijalani Rasum adalah usaha keluarga turun temurun. Rasum sendiri menekuni usaha tersebut sejak usianya 15 tahun. Ia mewarisi berbagai resep penganan tradisional dari orang tuanya yang juga masih berjualan penganan serupa. “Kalau sekarang alhamdulillah sudah seperti semula lagi,” ujarnya.
Saat pandemi Rasum sempat khawatir bakal kesulitan membayar cicilan pinjaman modal yang sempat ia ajukan ke Bank Rakyat Indonesia. Pasalnya nilai pinjamannya lumayan, Rp 100 juta dengan masa pinjaman tiga tahun. “Memang bunganya kecil tapi kalau tidak bisa jualan tidak bisa bayar.” Apalagi Rasum menggunakan tanahnya sebagai agunan pinjaman ke bank.
Untungnya Rasum mendapat keringanan pembayaran cicilan pinjaman kala itu. Sehingga ia bisa sedikit bernapas lega. Rasum mengaku ingin bisa mengembangkan usaha kue tradisional agar tak melulu berjualan di kaki lima dan pasar pada pagi dan malam hari. “Repot kalau sudah musim hujan apalagi berjualannya sampai ke Bogor atau Serpong,” tutur perempuan yang menetap di kawasan Cibodas, Tangerang itu.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki sempat menyinggung soal perbankan yang menggunakan pendekatan agunan untuk memberi bantuan kepada UMKM. Menurut Teten, kemudahan pembiayaan untuk memperkuat modal kerja menjadi salah satu upaya agar UMKM naik kelas. "UMKM itu tidak punya aset, tapi pinjam uang ke bank harus punya agunan," kata Teten pada Selasa, 20 Juni 2023.
Menurut Teten, pendekatan agunan pun sudah tidak dipakai di luar negeri. Perbankan di luar negeri umumnya menggunakan skema credit scoring untuk menilai UMKM layak atau tidak untuk mendapatkan pembiayaan.
Teten pun meminta perbankan, terutama Himpunan Bank Milik Negara lebih mempermudah pelaku UMKM dalam mengakses pembiayaan. Apalagi menurut Teten, Presiden Joko Widodo atau Jokowi sudah menargetkan kredit perbankan ke UMKM mencapai 30 persen pada 2024. "Kalau UMKM masih sulit mengakses pembiayaan perbankan dengan skema agunan, target tersebut bisa saja sulit dipenuhi," ujar Teten.
Dampaknya, UMKM sulit naik kelas. Sebab, menurut Teten, UMKM butuh modal kerja untuk mengembangkan usahanya sehingga naik kelas. "Kalau hanya mengandalkan modal sendiri, itu sulit."
Oleh karena itu, Teten melanjutkan, pemerintah terus menambah plafon Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tujuannya agar semakin banyak usaha mikro terbantu untuk menambah modal usahanya. "Mau bagaimanapun tak sedikit UMKM yang selama ini menggunakan uang secara mandiri karena sulit pinjam ke bank."
TEMPO.CO