Masalah lainnya, dalam praktik pembangunan KCJB, tidak ada transfer pengetahuan dan transer teknologi dalam penggunaan tenaga kerja, sebagaimana yang dijanjikan. Buktinya, kata Achmad, pekerjaan di level teknis paling bawah masih digarap tenaga kerja asing (TKA) Cina.
"Skema kereta cepat masa depan seharusnya mampu menyerap tenaga kerja lokal lebih banyak," kata Achmad.
Jika keterampilan tenaga kerja lokal kurang mendukung, menurut Achmad, pemerintah mesti mengambil peran. Setidaknya menyiapkan pelatihan khusus yang diatur dalam MoU atau kerja sama dengan pemegang tender proyek tersebut.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan telah memastikan rencana pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yakin proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya dapat terealisasi. Ia berkaca dari pembangunan MRT Jakarta yang sempat disangsikan oleh banyak pihak, tetapi proyek itu akhirnya berhasil terwujud.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, pemerintah kemungkinan bakal kembali menggandeng Cina dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya. Sebab, Cina dia nilai sebagai negara yang memiliki potensi terbesar dalam proyek ini.
Luhut juga meyakini biaya proyek kereta cepat akan menjadi lebih murah bila berkolaborasi dengan Cina. Kendati demikian, Luhut mengaku masih membuka opsi kerja sama dengan negara lain.
RIRI RAHAYU | RIANI SANUSI PUTRI
Pilihan Editor: Prediksi Inflasi Juni Meningkat, Ekonom Bank Mandiri: Faktor Cuaca Ekstrem dan Jelang Idul Adha