TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil serta beberapa pejabat lainnya telah menjajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
“Saya kira ini akan membuat terobosan-terobosan baru di republik ini. Jadi membuat kita bisa nanti mengikuti Cina juga dari belakang, karena mereka sudah jauh lebih maju dari kita. Tapi mereka ingin share juga teknologinya pada kita,” ucap Luhut, usai menjajal KCJB pada Kamis, 22 Juni 2023.
Diketahui, Luhut mencoba KCJB dari Stasiun Halim hingga ke Stasiun Padalarang, kemudian dari Stasiun Tegalluar menggunakan kereta feeder, kembali lagi ke Stasiun Halim.
Luhut juga mengatakan bahwa dalam proyek ini akan banyak penghematan yang dilakukan, karena adanya hilirisasi membuat banyak material yang tidak perlu impor dan hanya berasal dari dalam negeri.
Meski begitu, KCJB yang rencananya beroperasi pada Agustus 2023 ini masih terganjal sejumlah permasalahan, di antaranya soal sertifikasi laik jalan hingga harga tiket yang belum ditentukan.
Sertifikasi laik jalan
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan bagaimana persiapan menjelang operasional KCJB, salah satunya adalah soal sertifikasi kelaikan jalan dari sepur kilat yang digarap oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) itu.
“Kami sedang melakukan finalisasi dari yang namanya ketentuan itu sendiri,” ujar Budi Karya seperti dikutip Tempo, Jumat, 23 Juni 2023.
Selama pekan ini, kata Budi Karya, Kemenhub sudah melakukan focus group discussion (FGD) yang melibatkan berbagai unsur. FGD itu terdiri dari kontraktor, operator, regulator, dan juga pakar untuk menyamakan persepsi mengenai uji kelaikan.
Jika melihat tadi saat menjajal kereta cepat, kata Budi Karya, dengan kecepatan 350 kilometer per jam, itu relatif berjalan stabil. “Artinya, bisa dikatakan bahwa apa yang dilakukan sudah sangat baik,” ucap Budi Karya.
Selanjutnya: Budi Karya melanjutkan, secara teknis…