TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) telah memutuskan suku bunga acuan dipertahankan di angka 5,75 persen. Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Rizal Taufikurahman, mengungkapkan dampak suku bunga BI tak berubah.
"Dampak langsung yang dirasakan masyarakat melalui penyerapan pasar kerja. Diharapkan terjadi kenaikan penyerapan jumlah tenaga kerja," kata Rizal secara tertulis, Jumat, 23 Juni 2023.
Dia menjelaskan, dipertahankannya suku bunga acuan pada akhirnya mendorong pendapatan masyarakat dan konsumsi. Transmisinya, kata dia, investasi tetap berjalan bahkan bisa memacu kinerja lebih baik di sektor riil.
"Kebijakan suku bunga acuan BI tetap, maka para pelaku usaha tetap mempertahankan investasinya dan optimis meningkatkan kinerjanya untuk menaikkan produksi," jelas dia.
Dia melanjutkan, naiknya jumlah produksi atau output berpotensi membuka kesempatan kerja. "Hal ini berimplikasi pada harga barang-barang tetap bisa terkendali," tutur Rizal.
Sementara itu, dia menyampaikan suku bunga BI yang dipertahankan diharapkan bisa mengendalikan target inflasi 2023 di kisaran 3 persen plus minus 1 persen.
"Selain itu, agar nilai kurs mata uang rupiah diperkuat tetap stabil dalam pengendalian inflasi barang impor (imported inflation) dan memotivasi rambatan risiko dan ketidakpastian pasar global," ujar dia.
Sebelumnya pada Kamis, 22 Juni 2023, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan berdasarkan Hasil Rapat Dewan Gubernur.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) tetap 5,75 persen. Begitu pula bunga deposit facility sebesar 5 persen dan suku bunga lending facility ada di 6,50 persen.
"Keputusan mempertahankan BI7DRR tersebut konsisten dengan kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dengan kisaran sasaran 3 plus minus 3 persen pada sisa tahun 2023 dan juga 2024," tutur Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis.
AMELIA RAHIMA SARI | RIANI SANUSI PUTRI
Pilihan editor: BI: Transaksi Digital Banking Meningkat Pesat 31,83 Persen, Uang Elektronik Tumbuh 17,9 Persen