TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut fenomena El Nino akan meningkatkan ancaman kekeringan yang sangat tinggi pada periode Juni-Oktober 2023 pada wilayah sentra produksi padi.
Selanjutnya, kekeringan akibat El Nino ini akan mengancam produksi pangan di Indonesia. Stok bahan pangan nasional akan berkurang karena adanya gagal panen atau penurunan produktivitas.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito menjelaskan, penurunan produksi padi pada 2023 sebagai dampak El Nino menurut pola penurunan curah hujan yang dikelompokkan dalam skala 1-4. Ia melanjutkan, skala paling rendah diprediksi penurunan luas panen padi berkisar 0,23 persen -1,01 persen.
“Penurunan produktivitas 0,39 persen - 4,1 persen dan penurunan produksi berkisar 0,71 persen - 5,02 persen atau secara kumulatif 1 tahun menurun sebesar 1 juta ton GKG,” kata Mego di Jakarta, Selasa, 20 Juni 2023.
Mego menambahkan, dampak negatif penurunan ketersediaan air yang mengakibatkan penurunan produktivitas dan gagal panen ini juga pernah terjadi pada El Nino 2015 lalu.
Saat itu, lahan padi yang terdampak kekeringan seluas 597.202 hektare dan puso seluas 217319 hektare atau setara dengan kehilangan hasil sekitar 1,5-2 juta ton.
Tak hanya itu, akibat kekurangan air juga mengakibatkan penurunan luas tanam komoditas lainnya seperti jagung dan kedelai.
BRIN memonitoring dan memberikan peringatan dini