TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro mengatakan Indonesia sangat memerlukan investasi global untuk mempercepat transisi energi. Menurut dia, jika hanya mengandalkan kekuatan domestik, hasilnya kurang optimal. Pasalnya proporsi investasi domestik harus dibagi ke semua sektoral, sedangkan masalah investasi bukan hanya hanya di sektor pertambangan.
Sehingga, dia menilai kolaborasi dengan investor global lebih baik dan lebih optimal dari berbagai aspek. Jika investasi masuk, kata Komaidi, secara otomatis beberapa variabel akan tercipta, seperti penyerapan tenaga kerja yang akan diminati domestik.
“Kemudian, nilai tambah ekonomi juga akan tercipta di dalam negeri. Sebetulnya kebutuhan utamanya ada di investasi,” ujar dia lewat keterangan tertulis dikutip pada Ahad, 4 Juni 2023.
Investasi asing di sektor energi Indonesia, Komaidi berujar, memang mencapai tingkat tertinggi sepanjang sejarah. Investasi tersebut juga mendukung upaya pemerintah untuk mendiversifikasi bauran energi negara dan mitigasi perubahan iklim.
Data Kementerian Investasi menyebutkan, pada 2021 Indonesia mencatat kenaikan hingga 25 persen pada investasi bidang energi baru dan terbarukan (EBT). Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) mencatat hingga 2060, Indonesia membutuhkan investasi hingga US$ 1 triliun untuk mengembangkan EBT dan transmisi energi.
“Modal investor global memfasilitasi perkembangan pesat pembangunan infrastruktur energi terbarukan dan mendorong transfer teknologi. Memungkinkan Indonesia memanfaatkan potensi energi terbarukan yang sangat besar,” kata Komaidi.
Selanjutnya: Indonesia salah satu negara yang pertama kali meratifikasi Paris Agreement