TEMPO.CO, Jakarta - Praktisi pariwisata dari Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari mengingatkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) agar tidak hanya berfokus menjaring wisatawan mancanegara (wisman) untuk berkunjung ke Indonesia. Namun, harus memperhitungkan jumlah orang Indonesia yang berwisata ke luar negeri.
"Karena kalau yang ke Indonesia banyak, tapi orang Indonesia yang ke luar negeri juga banyak, ya sama saja," kata Azril ketika dihubungi Tempo melalui telepon pada Rabu malam, 17 Mei 2023.
Ketika orang Indonesia banyak yang ke luar negeri, lanjut Azril, devisa yang keluar tidak sedikit. Sehingga, meski wisman yang masuk Indonesia juga banyak, tetap ada potensi devisa Indonesia menjadi minus. "Karena banyak sekali orang Indonesia yang wisata belanja ke Singapura. Artinya, mereka mengeluarkan banyak uang di sana," tutur Azril.
Untuk merespons permasalahan tersebut, Azril berpendapat bahwa Kemenparekraf perlu lebih menggenjot pergerakan wisatawan domestik. Setidaknya, agar mereka melakukan perjalanan wisata antarprovinsi atau antarkabupaten. Dengan begitu, perputaran uang tetap terjadi di dalam negeri.
Artinya, lanjut Azril, pekerjaan rumah atau PR pemerintah bukan sekadar mempersiapkan destinasi. Namun, termasuk mempersiapkan akomodasi, baik dari perjalanan maupun perhotelan. "Masalahnya sekarang kan, tiket pesawat juga mahal. Makanya, terkadang orang lebih memilih ke Singapura atau Kuala Lumpur ketimbang bepergian ke Papua, misalnya," katanya.
Hal lain yang tidak kalah penting untuk dikembangkan adalah sektor pariwisata melalui special event. Misalnya, konser musik, seperti konser Coldplay yang akan digelar di Gelora Bung Karno pada 15 November mendatang.
“Konser musisi internasional masuknya special event. Subsektor ini bisa menimbulkan multipplier effect yang besar. Selain keuntungan untuk promotor, ada (perputaran ekonomi) yang masuk ke hotel, ke UMKM,” kata Azril kepada Tempo melalui sambungan telepon pada Rabu malam, 17 Mei 2023.
Nilai ekonomi special event seperti ini, kata Azril, jauh lebih besar ketimbang business event. Adapun yang tergolong business event, antara lain meeting seperti pertemuan KTT ASEAN dan G20. Dibanding konser, event tersebut lebih tersegmentasi.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, Menparekraf Sandiaga Uno menyampaikan bahwa merevisi target kunjungan wisman untuk tahun 2023. Target yang semula dipatok sebanyak 7,4 juta orang, ditingkatkan menjadi 8,5 juta orang.
"Mungkin karena terlihat ada momentum yang lebih kuat, jadi ditambah satu juta. Harus tetap kita pantau. Jika empat per kuartal ini dikalikan 2,5 juta, hingga akhir tahun bisa menembus sekitar 9 juta," kata Sandiaga, dikutip dari Antara.
RIRI RAHAYU | ANTARA
Pilihan Editor: Jumlah Turis Naik 508,9 Persen, BPS: Masih Lebih Rendah Dibanding Sebelum Pandemi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.