Menurut Abdul, dari sisi pendapatan dan belanja, defisitnya cukup tinggi mencapai US$ 1,37 triliun pada 2022. “Kalau misalnya dalam rupiah itu sudah luar biasa tingginya,” ujar dia dalam konferensi pers virtual bertajuk Ekonomi Indonesia di Tengah Pusaran Risiko Gagal Bayar Utang Amerika, Senin.
Peningkatan defisit itu, Abdul menjelaskan, terjadi sejak 2020 ketika pandemi Covid-19 melanda. Di mana defisitnya saat itu mencapai US$ 3,57 triliun. “Dalam grafik terlihat bahwa memang lonjakan belanja tidak bisa dihindarkan dan berjalannya waktu defisit semakin meningkat,” kata dia.
Sementara kondisi di tahun 2019, dia melanjutkan, defisit anggaran juga sempat meningkat karena terjadi perang dagang antara Amerika dan Cina. Hal tersebut akhirnya mempengaruhi bagaimana akumulasi pendapatan dari Amerika.
Menurut Abdul, dari sisi pertumbuhan pendapatan dan belanja, pertumbuhan rata-rata pendapatan di Amerika atau pendapatan fiskalnya hanya 2,9 persen per tahun sepanjang 2016-2022. Sedangkan dari sisi belanjanya naik mencapai 5,78 persen.
“Dari data ini terlihat memang kemampuan belaja negara untuk mengejar pertumbuhan pendapatan negara sangat jauh. Hampir pendapatan negara itu rata-rata di bawah belanja negara sekitar hampir satu kalinya,” ucap Abdul.
Pilihan Editor: KTT ASEAN ke-42, PLN Terapkan Skema Listrik Tanpa Kedip
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini