Ketiga, ia mendorong pemerintah melakukan tracebility di mana permintaan material untuk transisi energi seperti nikel, bauksit harus mempraktikkan standar lingkungan yang ketat. Perusahaan seperti Volkswagen, menurutnya, harus menjaga citra. Sehingga, seluruh rantai pasok material baterai tidak boleh berdampak negatif ke lingkungan dan merugikan masyarakat disekitar pertambangan.
Adapun Volkswagen melalui anak perusahaannya, PowerCo berencana melakukan investasi untuk membangun industri baterai kendaraan listrik secara terpadu di Indonesia.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan Volkswagen akan bekerja sama dengan beberapa perusahaan nasional dan asing.
Selain itu, BASF dan Eramet juga berencana melakukan investasi untuk pembangunan ekosistem baterai mobil listrik. Seperti diketahui, perusahaan tersebut disebutkan akan menyuntikkan modal senilai US$ 2,6 miliar.
Kerja sama antara BASF dan Eramet ini meliputi pembangunan Proyek Sonic Bay di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara. Proyek itu merupakan pabrik pemurnian nikel atau kobalt High Pressure Acid Leach (HPAL) yang menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitates (MHP).
"Kami siap mengawal agar rencana investasi segera terealisasi,” ujar Bahlil.
Pilihan Editor: Tekanan Inflasi Terus Menurun, Gubernur BI: Dukung Stabilitas Ekonomi RI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini