TEMPO.CO, Jakarta - Pakar keamanan siber Kaspersky membeberkan risiko dari penggunaan Quick Response Code (Kode QR) yaitu menjadi pintu masuk phishing (upaya mendapatkan informasi data seseorang dengan teknik pengelabuan). Apakah hal tersebut juga terkait dengan ramai pemberitaan soal temuan Quick Response Indonesian Standard atau QRIS palsu di sejumlah masjid belakangan ini?
Menurut Kaspersky, pada dasarnya, ada cukup banyak celah pada Kode QR yang bisa dimanfaatkan para pelaku kejahatan siber atau hacker untuk melakukan aksinya. Salah satunya adalah karena pengguna tidak bisa begitu saja membaca Kode QR atau memeriksa proses pemindaiannya.
“Maka, pengguna hanya dapat mengandalkan integritas penciptanya. Kami juga tidak dapat mengetahui semua yang disertakan Kode QR, bahkan saat kami membuatnya sendiri. Sistemnya sangat mudah untuk dieksploitasi,” ujar pihak Kaspersky dalam keterangan tertulis pada Selasa, 11 April 2023.
Saat ini Kode QR banyak ditemui di berbagai tempat mulai dari kemasan makanan hingga pameran museum, dari tagihan utilitas hingga tiket lotre. Orang-orang menggunakannya untuk membuka situs web, mengunduh aplikasi, mengumpulkan poin program loyalitas, melakukan pembayaran dan mentransfer uang, bahkan beramal.
Teknologi tersebut memang mudah untuk diakses dan praktis, serta memberikan kenyamanan bagi banyak orang. Termasuk di dalamnya adalah hacker, yang telah meluncurkan berbagai skema berbasis Kode QR.
Kode QR yang dibuat oleh pelaku kejahatan siber mungkin mengarah ke situs pihising yang terlihat seperti halaman login jaringan sosial atau bank online. “Itulah mengapa pakar keamanan di Kaspersky menyarankan untuk selalu memeriksa tautan sebelum mengetuk atau mengeklik."
Teranyar, ada ramai pemberitaan soal pemalsuan QRIS dilakukan di kotak amal sejumlah masjid di Jakarta. Beberapa masjid itu di antaranya adalah Masjid Nurul Iman Blok M Square, Masjid Al Azhar Pusat Kebayoran Baru, dan Masjid Istiqlal.
Selanjutnya: Dalam rekaman CCTV diketahui...