Terkendalinya inflasi sebagai hasil dari respons kebijakan moneter Bank Indonesia serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dengan pemerintah pusat dan daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
Selanjutnya, Perry menuturkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor. Konsumsi rumah tangga diperkirakan makin kuat sejalan dengan peningkatan mobilitas di seluruh wilayah, penjualan eceran, dan membaiknya keyakinan konsumen.
Investasi juga solid ditopang penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) dan peningkatan aliran masuk penanaman modal asing (PMA). Prospek permintaan domestik yang meningkat juga dipengaruhi dampak lanjutan perbaikan ekspor.
Prospek permintaan domestik yang meningkat juga dipengaruhi dampak lanjutan perbaikan ekspor. Ekspor barang dan jasa diperkirakan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya seiring dengan perbaikan prospek ekonomi global.
Perkembangan hingga Februari 2023, kata dia, menunjukkan ekspor nonmigas Indonesia tumbuh tinggi, termasuk dari peningkatan ekspor batu bara, bijih logam, dan CPO ke Tiongkok.
Selain itu, kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara diperkirakan juga meningkat. Secara spasial, prospek ekspor yang lebih baik mendukung prospek ekonomi di Kalimantan, Sumatera, serta Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) yang lebih tinggi.
Berdasarkan lapangan usaha, prospek sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta transportasi dan pergudangan diperkirakan tumbuh kuat. Dengan berbagai perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 diprakirakan akan bias ke atas dalam kisaran 4,5—5,3 persen.
Pilihan Editor: Ramadan 2023, Bank Indonesia Siapkan Rp 195 Triliun Uang Baru hingga 5.066 Titik Penukaran
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini