TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis impor pakaian bekas ttengah menjadi perhatian serius oleh pemerintah Indonesia. Seiring meningkatnya penjualan produk tersebut di Tanah Air, pemerintah menganggap keberadaan pakaian bekas akan memunculkan permasalahan lingkungan dari limbah tekstil yang masuk.
Deputi bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kementerian Koperasi dan UKM, Hanung Harimba Rachman, menilai impor pakaian bekas membuat Indonesia menjadi tempat pembuangan limbah dari negara lain. Lantas, seperti apa bisnis pakai bekas atau sering disebut thrifting itu? Berapa modal yang diperlukan untuk membangun usaha tersebut?
Pengertian Thrifting
Thrifting merupakan istilah yang digunakan untuk jual beli produk pakaian bekas dan barang fashion lainnya, seperti sepatu dan tas. Dalam pengertian lain, thrift yang berarti hemat, menjadi sebuah perilaku untuk mengutamakan penghematan di saat mengeluarkan uang untuk membeli suatu barang.
Dilansir dari situs Berkeley Economic Review, tren pembelian barang bekas diawali dari perkembangan sistem pembuangan limbah di Amerika Serikat pada akhir 1800-an. Sejak saat itu, toko pakaian bekas dan pegadaian mulai bermunculan akibat limbah tekstil yang menggunung.
Terlepas dari cap buruk dan berhubungan dengan masalah kebersihan, toko thrifting sangat membeludak sejak 1920-an seiring dengan meningkatnya populasi imigran. Salah satunya, toko berbadan amal yang dijalankan oleh lembaga keagamaan seperti Salvation Army dan bertujuan untuk membantu menghilangkan stigma tersebut.
Dalam satu dekade terakhir, akibat penghematan ekonomi, fenomena thrifting memasuki kehidupan modern terutama di kalangan generasi Z. Alasannya, karena industri pakaian bergerak begitu cepat dan isu perubahan iklim menjadi salah satu permasalahan yang seringkali dibahas. Hal tersebut didukung oleh laporan McKinsey dalam The State of Fashion 2019, sembilan dari sepuluh Gen Z percaya bahwa perusahaan bertanggung jawab atas masalah lingkungan.
Perkiraan Modal Bisnis Thrifting
Menurut laman Step by Step Business, biaya untuk memulai bisnis toko barang bekas berkisar antara US$ 2.500 sampai US$ 35.000 atau setara Rp 38 juta – Rp 538 juta tergantung skala kecil besarnya target usaha.
Penentuan tarif barang bekas biasanya lima sampai delapan kali harga pembelian. Apabila Anda mengawali bisnis thrifting online, maka kemungkinan margin yang didapatkan sekitar 80 persen. Dalam satu atau dua tahun pertama, dengan target penjualan 200 item perminggu seharga US$ 15 per barang, maka pendapatan tahunan sebesar US$ 16.000.
Di Indonesia sendiri bisnis thrifting memang tengah menjamur. Rata-rata pelaku bisnis ini memulai dengan modal dan sistem pengambilan barang yang berbeda-beda. Setiap jenis barang seperti pakaian, sepatu, atau jaket pun dapat diperoleh secara eceran, borongan, atau partai besar (karungan) untuk dijual kembali ke pengguna.
Selanjutnya: Sedangkan, untuk harga bervariasi tergantung ...