TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan sektor transportasi dan pergudangan pada 2022 tumbuh paling tinggi dari sisi produksi, hingga menembus 19,87 persen. Karena itu, Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi memperkirakan sektor ini akan terus tumbuh, terutama di bidang usaha logistik,
"Dalam sektor transportasi dan pergudangan terdapat komponen transportasi penumpang, namun sektor itu dapat memberikan gambaran perkembangan sektor logistik," ujarnya dalam keterangan tertulis pada Senin, 13 Februari 2023.
Menurut Setijadi, peluang jasa logistik terbesar pada tahun 2023 diperkirakan pada lapangan usaha industri pengolahan. Seperti diketahui, industri ini pada 2022 tumbuh sebesar 4,89 persen. Kontribusi industri pengolahan terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 18,34 persen atau Rp 3.591,8 triliun.
Untuk menangkap peluang itu, Setijadi menyarankan penyedia jasa logistik melakukan lima hal. Pertama, meningkatkan kapabilitas melalui standardisasi proses, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM).
Kedua, meningkatkan kolaborasi antar penyedia logistik, lalu kerja sama antara penyedia dan pengguna jasa logistik, serta antara penyedia jasa logistik dan operator fasilitas logistik.
Ketiga, meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi seperti big data analytics, artificial intelligence, internet of things, dan blockchain. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional logistik.
Keempat, meningkatkan value added services. Ia berujar proses konsolidasi sangat diperlukan pada sektor pertanian, perikanan, dan UMKM. Sebab, para pelaku industri ini banyak dan tersebar dengan volume produksi masing-masing yang masih kecil.
Menurut Setijadi, sektor logistik dapat mendorong lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang pada 2022. Adapun kontribusinya terhadap PDB kala itu sebesar 12,40 persen atau Rp 2.428,9 triliun, namun hanya tumbuh sebesar 2,25 persen.
Kelima, ia menyarankan agar penyedia jasa logistik meningkatkan kapabilitas dalam pengelolaan rantai pasok komoditas secara end-to-end. Hal ini akan meningkatkan daya saing komoditas nasional sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap rantai pasok komoditas global.
RIANI SANUSI PUTRI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini