Sementara itu pada 2022, Yustinus melanjutkan, pemerintah bisa menjaga fiskal berkat tata kelola yang baik dan kerja sama dengan semua pihak, termasuk DPR dan Parpol. tak terkecuali dengan Partai Demokrat yang menurutnya kritis dan kerap tak setuju dalam banyak hal.
“Realisasi defisit 2022 tercatat 2,38 persen atau Rp 464,33 triliun. Jauh di bawah target Rp 840 triliun,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Yustinus menuturkanerja keras APBN yang pruden, efisien, dan antisipatif menekan defisit berkonsekuensi pada pembiayaan. Realisasi utang pada 2022 pun tercatat hanya Rp 688,54 atau 73 persen dari target. Namun, dia juga tidak menampik jika posisi utang terakhir pada 2022 mencapai Rp 7.733,99 triliun.
“Besar ya? Iya! Sudah saya jelaskan kontek dan reasoning di atas. Kue ekonomi dan produktivitas kita pun membaik. Rasio utang sudah turun dari 40,74 persen di 2021 menjadi 39,57 di 2022. Mosok dibilang ugal-ugalan sih? Optimistis ya, Mas,” kata Yustinus.
Yustinus menambahkan, utang negara tidak hanya digunakan untuk menangani pandemi Covid-19. Namun, kebijakan utang juga banyak earmarking ke program atau proyek. Misalnya, 880 proyek infrastruktur dasar, penyediaan vaksin bayi, pengelolaan sampah, serta penurunan emisi.
Sementara itu, soal cadangan devisa, Yustinus menyebut rupiah melemah karena dampak kebijakan ekonomi US dan geopolitik global. “Bukankah harus diantisipasi agar tidak merugikan rakyat? Maka dilakukan intervensi. Pelemahan kita termasuk moderat. Cadangan devisa sangat aman,” bebernya.
Baca Juga: Sri Mulyani Cerita Pembiayaan untuk Bangun Kampus, dari APBN hingga Utang Rp 10 T ke Arab Saudi