Penumpang tersebut mengatakan kepada news.com.au bahwa mereka hampir tiba di Denpasar ketika diberitahu oleh pilot bahwa pesawat tak memiliki izin untuk mendarat dan harus kembali ke Melbourne.
“Pesawat memilih Melbourne karena memiliki cukup bahan bakar dan akan lebih baik untuk staf, dan karena itu penerbangan baru,” kata penumpang yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Ketika pesawat mendarat kembali di Melbourne, sekitar delapan jam setelah keberangkatan, penumpang diberi tahu bahwa Boeing 787 Dreamliner tidak diizinkan mendarat di Bandara Bali sekitar pukul 2 pagi waktu setempat.
“Sebagian besar pengunjung liburan yang telah mengalami gangguan besar beberapa kali merasa kesal dan bingung bagaimana sebuah penerbangan bisa hampir sampai tujuan namun ditolak mendarat,” kata penumpang tersebut.
Juru bicara Jetstar menyatakan penukaran layanan Melbourne ke Bali ke pesawat Boeing 787 dengan kapasitas lebih besar itu untuk mengangkut lebih banyak pelanggan selama liburan.
“Sayangnya, karena miskomunikasi, pertukaran pesawat tidak disetujui oleh regulator lokal di Indonesia. Segera setelah kami mengetahuinya, penerbangan kembali ke Melbourne. Kami tahu ini merupakan pengalaman yang sangat membuat frustrasi pelanggan dan dengan tulus meminta maaf atas apa yang terjadi,” kata juru bicara tersebut.
Juru bicara itu juga menyebutkan penumpang yang tidak puas menunggu penerbangan baru ke Bali pada hari Rabu telah diberikan kamar hotel, voucher makan dan akan diberikan voucher perjalanan sebesar AU$ 200.
MOH KHORY ALFARIZI | NEWS.COM.AU
Baca juga: Menhub Budi Karya Cerita Dilema soal Slot Maskapai Asing: Sangat Produktif, tapi ..
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.