TEMPO.CO, Jakarta - Center for Digital Society (CfDs) bekerja sama dengan Tokopedia merilis modul literasi digital untuk mengedukasi masyarakat tentang perlindungan data di marketplace. Dalam modul tersebut, CfDS dan Tokopedia mengungkapkan kasus-kasus dan modus operandi yang paling sering ditemukan.
Executive Secretary of Partnership and Research CfDS, Anisa Pratita Kiranya menuturkan berdasarkan risetnya, upaya mencuri data pribadi dan penipuan seringkali masuk melalui pesan SMS.
"Berdasarkan riset CfDS, yang paling sering keluar adalah kirim sms pengumuman atau ucapan selamat karena telah memenangkan undian," ujarnya di Tokopedia Tower, Jakarta Selatan pada Kamis, 15 Desember 2022.
Baca: Bos GoTo Jawab soal Gaji Jumbo Karyawan: Setara dengan Perusahaan Sejenis
Setelah SMS diterima, penipu biasanya meminta target atau korban pencurian data untuk mengisi suatu formulir melalui sebuah tautan (link). Selanjutnya korban diperintahkan mengisi data pribadi hingga menyerahkan Pin atau kode OTP. Padahal, seluruh data tersebut tidak boleh diberikan pada sembarang orang, bahkan pada pihak yang mengaku sebagai bagian dari marketplace atau bank digital yang kita gunakan.
Ketika penipu berhasil melakukan aksi penipuannya. Korban kehilangan saldo yang dimilikinya, baik itu di marketplace atau di bank digital mereka. Karena kurangnya literasi digital mengenai data pribadi ini, kata Anisa, korban baru sadar telah menjadi korban penipuan.
"Padahal kalau kita lebih aware dan teliti, kita akan punya kesadaran bahwa kita tertipu," tuturnya.
Selanjutnya: beberapa hal yang bisa dipelajari agar sebagai konsumen maupun penjual di Tokopedia ...