Anisa menjelaskan beberapa hal yang bisa dipelajari agar sebagai konsumen maupun penjual di marketplace tidak mengalami pencurian data pribadi. Pertama, kemungkinan pelaku penipuan mengaku dari marketplace yang tidak kita kenali. Artinya, kemungkinan besar marketplace tersebut belum terdaftar atau ilegal.
Kedua, biasanya website yang digunakan pelaku pencurian data menggunakan link yang mencurigakan atau tidak kita kenali. Terakhir dan yang paling penting, pelaku pencurian pasti berusaha meminta berbagai macam data pribadi. Sehingga, apabila diminta untuk mengisi data pribadi, memberikan pin dan kode OTP, maka sudah pasti Anda sedang menjadi target penipuan.
"Jangan berikan atau sebarkan kode OTP bahkan ke termasuk oknum-oknum yang mengaku menjadi bagian dari marketplace atau media sosial Anda," kata Anisa.
Adapun bentuk-bentuk pencurian data pribadi di marketplace di antaranya hacking, pishing, carding, dan skimming. Hacking adalah penipuan berupa perekaman aktifitas digital dan gawai melalui software yang ditanam atau melalui Wi-Fi publik.
Sedangkan penipuan dalam bentuk pishing berupa permintaan langsung kepada pemilik data baik secara sadar, seperti mengisi formulir, atau secara tidak sadar. Sementara carding adalah upaya mencuri nomor kartu kredit untuk kemudian digunakan pelaku penipuan untuk bertransaksi. Lalu penipuan dalam bentuk skimming, yaitu mencuri data kartu debit atau kartu kredit untuk menarik dana di rekening korban.
Pendiri sekaligus Vice Chairman Tokopedia, Leontinus A. Edison mengungkapkan peningkatan digitalisasi di Indonesia memang sangat masif. Pertumbuhan ini juga berpotensi untuk membantu pemerintah dalam mendorong pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19. Namun potensi itu akan pupus apabila penetrasi digital tidak didukung oleh literasi yang mumpuni di seluruh pemangku kepentingan atau stakeholder terkait.
Karena itu, ia berharap modul literasi yang dibuat CfDS dan Tokopedia dapat digunakan dan sebarkan seluas mungkin agar masyarakat dapat terhindar dari kejahatan digital. "Ini upaya kita agar potensi digital kita benar-benar terjadi, bukan hanya menjadi prediksi saja," ucap Leontinus.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca: Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak Masuk Daftar Pengawasan AS, Ini Penyebabnya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini