TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso mengatakan harga telur kini naik semakin liar hingga di atas Rp 30 ribu kilogram. Hal itu terjadi lantaran permintaan dari industri melonjak menjelang hari libur Natal dan Tahun Baru.
Untuk membantu menstabilisasi harga telur, sejumlah asosiasi dan koperasi petelur sepakat untuk menjual dengan harga maksimal Rp 27.500 per kilogram.
Kesepakatan itu dibuat Pinsar Petelur Nasional (PPN), Pinsar Indonesia (PI), PPRN, Koperasi Pinsar Petelur Nasional, Koperasi Peternak Petelur Lampung, Koperasi Kendal, Koperasi Putra Blitar dan Koperasi Srikandi Blitar. Mereka menamakan diri sebagai Rumah Bersama..
"Kami mempunyai kesepakatan bahwa para peternak, khususnya yang menjual telur di Jakarta secara partai, akan menjual harga telur maksimal Rp 27.500 per kilogram," ujar Yudianto dalam konferensi pers secara virtual pada Kamis, 1 Desember 2022.
Yudianto tak menampik bahwa harga tersebut lebih tinggi ketimbang harga acuan pembelian (HAP) yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 22-24 ribu per kilogram. Namun ia menilai harga itu sangat realistis lantaran sudah termasuk dengan ongkos angkut dan kertas tempat alas telur. Terlebih HAP yang saat ini berlaku belum memperhatikan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan dampak dari situasi geopolitik akibat perang Rusia dan Ukraina.
Ia menjelaskan angka Rp 27.500 per kilogram ditetapkan oleh Rumah Bersama dengan mempertimbangkan besarnya ongkos angkut bagi peternak di Jawa Timur untuk mengirimkan ke Jakarta sekitar Rp 1.200. Ditambah biaya kertas alas telur sebesar Rp 500. Sehingga, menurut catatannya, harga telur yang dijual peternak tak jauh dari HAP, yakni sekitar Rp 25.800 per kilogram.
"Kami sudah pertimbangkan, mengingat peternak kecil yang juga mungkin dari biayanya yang tidak rendah karena ada selisih biaya, itu kami sudah perhitungkan," tuturnya.
Yudianto menegaskan harga tersebut hanya berlaku pada momen jelang Nataru saja, tidak untuk selama-lamanya. Keputusan itu dibuat dalam rangka mengakomodasi semua kepentingan peternak, baik di Blitar, Jawa Tengah, dan, Jawa Barat. Peternak di luar Pulau Jawa pun, kata Yudianto turut mendukung kesepakatan itu, seperti daerah Palembang, Lampung, dan Padang.
Adapun PPN mencatat kenaikan harga telur terjadi sejak 20 November 2022. Yudianto mengaku khawatir apabila kenaikan ini terus dibiarkan maka akan semakin liar atau tak terkendali. Oleh karena itu, Rumah Bersama akan terus mensosialisasikan dan menganjurkan kesepakatan tersebut melada seluruh peternak.
Selain menganjurkan peternak untuk menjual telur maksimal Rp 27.500 ribu per kilogram, Rumah Bersama mengaku siap untuk membantu pemerintah menstabilisasi harga dengan cara lain. Rumah Bersama berniat untuk menyediakan 45 truk telur berkapasitas 5 ton dengan harga yang sama, Rp 27.500 per kilogram. Hal itu untuk mengatasi adanya peternak yang mungkin masih belum tersosialisasi kesepakatan ini. Juga untuk membantu mengintervensi harga telur di Jakarta yang dijual secara partai seharga Rp 28-29 ribu per kilogram.
Baca Juga: Kemendag Jelaskan Rantai Masalah Penyebab Kenaikan Harga Telur Ayam
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.