TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memproyeksikan laju inflasi November akan menyentuh 0,3 hingga 0,4 persen secara month-to-month.
“Karena permintaan mulai naik jika dibandingkan dengan sebelumnya. Jadi, saya kira akan inflasi bukan deflasi,” ujar Tauhid ketika dihubungi Tempo pada Rabu, 30 November 2022.
Sementara itu secara year on year, ia menyebut inflasi akan relatif tinggi. Menurut dia, inflasi kurang lebih akan mencapai 5 persen pada November ini.
Baca: Airlangga Pantau Harga dan Stok Pangan di Kalimantan Barat, Antisipasi Inflasi Akhir Tahun
Untuk kelompok penyumbang inflasi, Tauhid mengatakan harga beras merupakan pendorong terbesar. “Karena siklusnya itu mengalami kenaikan dari September, Oktober, bahkan hingga nanti Desember,” kata dia.
Kemudian disusul komoditas lain, seperti cabai, daging ayam, dan telur ayam. Sementara itu, pengaruh harga bahan bakar atau BBM ke inflasi relatif menurun. “Sekarang lebih ke pangan. Apalagi nanti Desember akan terjadi kenaikan ditambah dengan libur Natal dan tahun baru,” tuturnya.
Tauhid memperkirakan inflasi pada Desember akan kembali naik pada kisaran 0,5 persen. Tauhid melanjutkan, pemerintah perlu memperhatikan stok bahan pangan agar suplai mencukupi guna menjaga stabilitas harga pangan. “Kalau untuk menekan kenaikan, mereka harus supply, lakukan operasi pasar,” tutur dia.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Baca: Pemerintah Jaga Harga Bahan Makanan Guna Tekan Inflasi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini