TEMPO.CO, Jakarta -Analis dari PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga memperkuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), namun menurunkan pergerakan rupiah.
“Kenaikan IHSG ini merupakan imbas dari kebijakan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga 50 basis poin,“ ujar Ibrahim ketika dihubungi oleh Tempo pada Jumat, 21 Oktober 2022.
Adapun Ibrahim menyebut tujuan dari kebijakan BI menaikkan suku bunga adalah untuk mengantisipsi inflasi yang begitu besar. Kebijakan ini tentu berdampak positif pada saham perbankan sehingga dapat memperkuat IHSG.
“Kalau kita lihat saham-saham apa yg membuat IHSG ini melejit, yang cukup menunjang IHSG adalah saham-saham komoditas,” ujarnya.
Ia menjelaskan kenaikan-kenaikan ini merupakan imbas dari harga komoditas yang melambung tinggi, terutama harga gas alam dan batu bara.
Untuk saham teknologi dapat dikatakan cukup menarik, lantaran saham teknologi juga berhubugan dengan perbankan. “Dimana saham perbankan mengalami kenaikan, turunannya pun ikut mengalami kenaikan,” kata Ibrahim.
Ibrahim optimistis tren IHSG pekan depan masih akan menguat, karena akan dikeluarkan rilis pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga, yang kemungkinan besar masih di atas 5,44 persen atau bahkan bisa lebih.
Terlepas dari itu semua, jika bicara soal rupiah, hal tersebut berbeda dengan IHSG. “Kebijakan Bank Indonesia bisa dikatakan kuat untuk IHSG, tapi sangat disayangkan untuk mata uang rupiah sendiri.” kata Ibrahim.
Ia menuturkan tren pergerakan rupiah pekan depan kemungkinan besar masih fukluatif, tapi arahnya melemah.
Seperti diketahui, IHSG melambung tinggi dan kembali menembus level lebih dari 7,000 di sesi pertama perdagangan Jumat lalu.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Baca Juga: Pengusaha Mengeluhkan Kenaikan Suku Bunga, Minta Pemerintah Turunkan PPN
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.