TEMPO.CO, Washington - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut situasi ekonomi global yang terjadi saat ini bukan hanya disebabkan faktor ekonomi. Namun, disebabkan juga oleh faktor geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina.
Perang, peningkatan inflasi global, dan diikuti peningkatan suku bunga serta pengetatan likuiditas berisiko bagi negara yang sudah tertekan.
“Bukan hanya negara berpenghasilan rendah tetapi juga negara menengah. Bahkan negara-negara maju,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers - 4th Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting, Kamis, 13 Oktober 2022, waktu Washington DC.
Baca: Sri Mulyani Sebut G20 Bisa jadi Harapan dan Menavigasi Saat Krisis
Dalam situai ekonomi global yang penuh tantangan ini, kata Sri Mulyani, membutuhkan aksi nyata dari negara-negara G20. Menurut dia, perlu ada kerja sama lebih lanjut melalui koordinasi dan kebijakan yang terkoordinasi. Sebab tanpa hal tersebut, akan sulit dalam mencapai target bersama untuk perekonomian.
“Pertemuan ini angat penting untuk kredibilitas Presidensi G20. Pertemuan ini sangat penting untuk melestarikan G20 sebagai forum kerja sama,” ujar Sri Mulyani.
Melalui Presidensi G20, Sri Mulyani ingin meningkatkan koordinasi dan mengharmoniskan isu-isu penting untuk stabilitas ekonomi dan kesejahteraan. Termasuk di antaranyA soal pangan dan krisis energi.
Sri Mulyani juga mengatakan bahwa Indonesia mendapat dukungan dari seluruh anggota G20 maupun lembaga-lembaga internasional untuk dapat menegahi pembicaraan soal situasi ekonomi global. Karenanya, dia menyatakan bahwa G20 harus mampu menghasilkan putusan yang bisa membantu pemulihan ekonomi dunia.
Lebih lanjut soal tekanan utang, Sri Mulyani mengatakan perlunya kemampuan dalam menggunakan kerangka umum untuk menyelesaikan, merestrukturisasi, atau menangani masalah utang.
Menurut bendahara negara ini, perlu sinergi dalam menggunaakan kerangka umum untuk menciptakaan perkiraan yang lebih baik mengenai masalah utang suatu negara. Selain itu, kata Sri Mulyani, perlu adanya jaring pengaman keuangan global, misalnya melalui dukungan Dana Moneter Internasional atau IMF.
Baca juga: Sri Mulyani: Kita Tidak Mungkin Mengacuhkan Kemungkinan Peningkatan Risiko Resesi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.