TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Partai Buruh Said Iqbal menilai pernyataan para menteri dan Presiden Joko Widodo alias Jokowi tentang ancaman resesi global 2023 untuk menakut-nakuti kaum buruh. Said Iqbal mengecam keras cara pemerintah menebar rasa takut kepada kaum buruh.
“Hentikan kalimat ‘kebohongan’ dan ‘provokatif’ yang menyatakan ancaman resesi akan menimbulkan dampak serius,” ujar dia lewat keterangan tertulis pada Senin, 10 Oktober 2022.
Dia tidak menampik kemungkinan adanya resesi global tersebut. Namun Partai Buruh menolak keras kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran di tengah ancaman resesi dunia. Bahkan saat ini, kata dia, di beberapa negara Eropa buruh-buruhnya sedang melakukan demonstrasi dikarenakan harga-harga melambung tinggi.
Sama seperti di Indonesia, mereka juga menyuarakan penolakan atas kenaikan harga dan PHK besar-besaran. Dia menegaskan, tugas para menteri seharusnya menumbuhkan optimisme dan melakukan langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi resesi.
Baca: Demo Buruh 12 Oktober, 50.000 Orang Bakal Geruduk Istana Negara
Said Iqbal menilai para menteri yang menyatakan ancaman resesi di depan mata adalah menteri yang provokatif dan menimbulkan rasa takut bagi kaum buruh dengan momok monster PHK. “Oleh karena itu, partai Buruh mengecam keras kalimat yang pesimis yang bertentangan dengan sikap Presiden Jokowi yang menyuarakan optimisme,” tutur dia.
Sebelumnya, Presiden Jokowi memprediksi banyak negara terancam menjadi negara gagal akibat ancaman krisis pangan, energi, keuangan, hingga dampak perubahan iklim. Alhasil, kondisi itu berpotensi menimbulkan gangguan pada produksi pangan, sehingga memunculkan ancaman kelaparan.
Dia menyampaikan kemampuan setiap negara berbeda-beda menghadapi ancaman krisis tersebut. "Ada negara yang mampu bertahan dan memiliki resiliensi yang tinggi, tapi banyak juga yang terancam jadi negara gagal yang berdampak pada jutaan warganya serta memperlebar ketidak seimbangan ekonomi global," ujar dia, Kamis, 6 Oktober 2022.
Baca: Demo Buruh Mundur ke Tanggal 12 Oktober, Ini Alasan KSPI
Jokowi menyampaikan semua pihak harus bersama-sama menurunkan ego dalam menyelesaikan masalah. Semua pihak harus berupaya keras mengatasi perbedaan-perbedaan.
"Memperbanyak dan memperkuat titik temu untuk mendorong pemulihan ekonomi dunia serta mengatasi krisis lebih efektif," ucap dia.
Jokowi menilai multilateralisme merupakan jalan paling efektif untuk mengatasi tantangan bersama. Dia juga meyakini bahwa tidak ada satu masalah pun yang bisa diselesaikan sendiri oleh satu negara atau beberapa negara.
"Kita harus mau duduk bersama berbicara dan membangun jembatan dialog, sehingga menemukan jalan keluar dari persoalan yang kita hadapi," tuturnya.
Disisi lain, dia mengingatkan bahwa konflik dan perpecahan yang terjadi membuat semua negara rugi dan terdampak. Jokowi menuturkan bahwa tidak ada satu pihak yang menjadi pemenang dari konflik dan perpecahan.
"Konflik dan perpecahan justru menyengsarakan kita semua, semua terdampak, semua rugi semua terancam. Tidak ada satu pun yang menang, karena sesungguhnya semuanya kalah," katanya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
KHORY ALFARIZI | BISNIS