TEMPO.CO, Jakarta - Guna mendukung program pemerintah melakukan konversi LPG 3 kg ke kompor listrik, Kementerian Perindustrian atau Kemenperin meminta PT Hartono Istana Teknologi (Polytron) turut andil. Perusahaan milik Hartono bersaudara itu akan meningkatkan produksi menjadi 1 juta unit pada 2023.
“Tahun 2022, kemampuan nasional bisa 300 ribu unit, dan nanti begitu ada kepastian spesifikasi jenis daripada kompor induksinya, itu beberapa perusahaan yang existing memproduksi kompor listrik akan menambah land investasinya khusus di kompor induksi," ujar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier dalam rapat dengan Komisi VII DPR, Rabu, 21, September 2022.
PT Hartono Istana Teknologi merupakan salah satu perusahaan yang akan meningkatkan produksi kompor listrik. Hal itu dilakukan untuk mendukung program konversi LPG 3 kg ke kompor listrik pemerintah.
Profil Perusahaan PT Hartono Istana Teknologi (Polytron)
Mengutip laman karir.polytron.co.id, PT Hartono Istana Teknologi atau lebih dikenal dengan nama Polytron berdiri sejak 1975 di Kudus, Jawa Tengah. Mulanya didirikan dengan nama PT Indonesian Electronic & Engineering. Pada 18 September 1976, nama perusahaan diubah menjadi PT Hartono Istana Electronic, dan dimerger dan menjadi PT Hartono Istana Teknologi.
Polytron sendiri merupakan perusahaan pertama Hartono bersaudara di bidang non-rokok. Perusahaan ini didirikan dengan modal sebesar Rp 50 miliar. Adapun asal nama Polytron diambil dari kata Poly yang artinya banyak dan kata Elektronik. Awalnya Polytron bekerja sama dengan Philips dan Salora, utamanya dalam bentuk transfer teknologi.
Produk pertama perusahaan ini adalah televisi hitam putih pada 1979. Hingga kini, televisi masih menjadi produk utamanya. Polytron terus mengembangkan dan menambah jenis produk yang mereka hasilkan. Lima tahun berselang setelah mengeluarkan televisi, perusahaan tersebut kemudian mengenalkan produk baru pada 1984. Produk baru ini adalah audio compo.
Pada 1988, PT Hartono Istana Teknologi sempat mengeluarkan merek baru untuk menjangkau pasar yang lebih luas, yaitu Digitec dan Oke. Digitec diposisikan sebagai flagship elektronik dari Jepang, sementara merek Oke diposisikan sebagai barang kelas atas dari Amerika Serikat. Namun sejak 2000-an, merek Digitec dan Oke tak lagi digunakan. Perusahaan itu fokus kepada merek Polytron dengan memperluas produknya.
Tak hanya televisi dan audio, sejak awal 2000, Polytron mulai memperkenalkan produk barunya berupa pendingin udara atau AC. Kemudian di akhir tahun tersebut, Polytron kembali mengeluarkan produk barunya yaitu lemari es. Sepuluh tahun berselang, pada 2010 Polytron kembali berinovasi menghadirkan mesin cuci. Saat ponsel dengan tombol kwerty fisik ramai di pasaran, Polytron juga mencoba peruntungan dengan menghadirkan ponsel pada 2011.
Saat ini PT Hartono Istana Teknologi (Polytron) memiliki dua pabrik. Masing-masing di Kudus seluas 70 ribu kilometer persegi dan di Sayung, Semarang seluas 130 ribu kilometer persegi. Yang disebut terakhir merupakan pabrik lemari es terbesar di Jawa Tengah. Jumlahnya karyawannya mencapai lebih dari 6.000 ribu orang, 11 kantor perwakilan, 5 authorized dealer, serta 50 service centre yang meliputi seluruh Indonesia.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca: Kompor Listrik Lebih Hemat dari LPG, Begini Hitung-hitungannya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.