Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, konsumsi gandum penduduk Indonesia tahun 2019 adalah 30,5 kilogram per kapita per tahun. Kebutuhan gandum terbesar adalah untuk industri produk pangan olahan seperti mi instan, kue, dan roti.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdulah, menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika pemerintah ingin mengganti gandum dengan sorgum. Salah satunya adalah masalah rasa, karena itu berbicara selera atau lidah orang Indonesia.
“Misalnya mi instan menggunakan sorgum, eh ternyata masyarakat lidahnya belum siap. Itu perlu diperhatikan pemerintah,” ujar dia.
Meski serupa gandum, Rusli melihat sorgum tak serta-merta bisa menggantikan bahan pokok mi, kue, hingga roti tersebut. Dia meminta agar pemerintah menggandeng pihak perusahaan swasta untuk menjajal membuat bahan makanan seperti mi instan berbahan dasar sorgum.
“Ajak para pengusaha, misalnya buat mi pakai campuran gandum dan sorgum. Apakah diterima? Kalau rasanya bagus, berarti kan bagus. Kalau engak, bagaimana? Karena pengusaha juga mikir kalau jualian mi pakai sorgum lalu enggak laku, ya pengusaha enggak mau,” kata Rusli.
Menurut Rusli, pemerintah bisa bekerja sama dengan perusahaan swasta melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang memiliki laboratorium untuk membuat olahan sorgum. “Agar bisa mmebuat makanan kombinasi yang enak, sehingga kolaborasi itu tetap ada. Selain itu yang perlu diperhatikan juga adalah harga lebih murah dari gandum,” tutur Rusli.
ANTARA | KHORY ALFARIZI
Baca juga: Thomas Lembong: Seharusnya Tiket Masuk ke Ancol Gratis
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.